Keadaaan bumi ini
nampaknya perlu mendapat perhatian lebih dari penghuninya. Coba lihat bagaimana
rupa lingkungan yang ada di sekitar, apalagi aku tinggal di negara di mana
sebagian besar penduduknya sulit untuk diajak bekerjasama memperhatikan
lingkungan, bahkan lingkungan tempat di mana mereka hidup. Sering sekali aku
melihat seseorang dengan enaknya membuang sampah di sembarang tempat dengan
santainya. Pernah kan memperhatikan wajah-wajah seperti itu? Yang karena sudah
kenyang mungkin makan sebungkus makanan ringan atau seplastik es mambo,
tangannya malas menggenggam sampahnya itu untuk sementara waktu sembari mencari
tempat sampah terdekat. Lebih parah lagi beberapa bulan yang lalu aku dengan
jelas melihat dari bus, ada seorang pria yang membuang sampah dari tempat
sampahnya ke kali di samping rumahnya. Wajah itu! Oh, aku tidak akan pernah
melupakan betapa santainya wajah itu. Seperti tidak memikirkan mengapa sekarang
ini banyak banjir terjadi dan kenapa kali-kali di Jogja meluap mencapai
rumah-rumah penduduk yang tinggal di bantarannya.
Sebenarnya
kejadian seperti itu, ketidakpedulian pada lingkungan, tidak hanya terjadi di
Jogja atau di Indonesia, namun juga di beberapa tempat di berbagai belahan duia
ini dengan variasi. Aku cukup miris melihat hal ini. Bukannya bermaksud sok
atau bagaimana, tapi kita sering kan membaca berita dari koran, majalah atau
melihat berita di televisisi yang melaporkan bahwa di dunia ini banyak sekali
bencana alam yang disebabkan oleh human-error.
Nah, analoginya kemudian, karena ada bencana-bencaa seperti itu, manusia tentu
saja bisa mengurangi dampaknya, bukan? Apakah kurang bukti yang menunjukkan
bahwa sebenarnya global warming itu benar-benar ada, bukan isapan jempol
belaka? Kok ya masih banyak saja orang yang mengatakan bahwa itu hanya isu.
Aku
tergerak untuk menuliskan hal ini karena tadi malam aku melihat film yang cukup
membuatku shocked. Tadi
malam aku melihat film Jerman yang didubing dengan menggunakan bahasa Inggris.
Tidak masalah sih, walaupun agak mengurangi efek naturalnya, menurutku.
Sebenarnya ini film tidak ada hubungannya sama sekali dengan bagaimana kita
harus menjaga lingkungan kita atau scenes yang menunjukkan bagaimana orang
berjamaah merusak lingkungan, bukan hal-hal semacam itu. Film ini justru malah
sebuah film perang-perangan antara beberapa penjahat dan seseorang yang
ceritanya menjadi hero di situ. Keren memang. Judulnya The Clown, sedangkan judul
bawahnya memang agak "lebay", The
Pay Day.Wiiii, takut!Tapi ada yang lebih keren lagi menurutku. Di film ini,
aku melihat bahwa di Jerman sana orang ternyata sangat menghargai lingkungan di
mana mereka tinggal, yang juga didukung dengan peran pemerintah tentunya.
Bayangkan saja, aku bisa menghitung dengan jari ada berapa mobil yang
berseliweran di jalan tol di sana ketika salah satu adegan di film tersebut
berlangsung! Coba bandingkan dengan berapa mobil yang berseliweran bisa kita
hitung di jalan tol Indonesia dalam waktu satu menit! Alamak! Indonesia parah
sekali. Aku memang mendengar dari oomku sendiri bahwa di Jerman sana orang
memang memilih unutk naik public
transportation seperti kereta
bawah tanah. Ada satu fakta yang ingin aku sampaikan terkait dengan fakta ini,
bahwa dulu Indonesia di awal pembangunan infrasuktur umumnya di zaman Orde Baru,
ada dua ide yang disampaikan oleh para arsitek. Pertama adalah manjadikan jalan
tol sebagai sarana transportasi utama, yang kedua mengajukan adanya kereta
bawah tanah. Tentu saja proyek yang diterima adalah ide pertama. Tahu sendiri
kan zaman itu zaman pemerintahan siapa. Dan tentu saja yang mendapat tender
lagi-lagi juga orang yang dekat. Tahu kan,orang yang menerima dana tol paling
banyak sekarang ini? Hal kedua yang membuat aku sedikit senang adalah di sana,
walaupun di dekat kota, masih ada tempat yang sangat hijau. Ada jalan kecil
seperti jalan pedesaan yang dikelilingi oleh perkebunan indah. Memang
sepertinya ada di pedesaan sih, tapi pedesaan yang dekat kota, kan? Sedangkan
di sini, ayo coba siapa bisa mencarikan aku tempat seperti itu?
Parah
ya memang, keadaan bumi sekarang. Sampai-sampai, hanya melihat hal-hal
kecilmengenai bagaimana orang bisa menjaga lingkungan tempat tinggalnya saja,
aku shocked. Aku tidak bisa dan tidak mamu membayangkan keadaan bumi ini nanti
di era my son, my grandson, my great grandson, and
my great great great grandson. Fiuuuhhhh...Seperti apa ya kira-kira?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar