Paling tidak sekali seumur
hidup, orang pasti pernah melakukan sesuatu dengan tidak berpikir panjang. Hal
tersebut biasanya berimbas pada hasil yang buruk. Untungnya kali ini saya tidak
mendapatkan hasil yang buruk. Bahkan bisa dibilang bagus. Jadi saya mendapatkan
buku Chicken Soup for the Soul: Love
Stories tanpa punya alasan kenapa. Asal ambil saja. Biasanya saya punya
alasan yang kuat untuk meminjam sebuah buku. Paling tidak diawali dengan
membaca sinopsis yang ada di belakang buku. Kali ini tidak. Tiba-tiba saja saya
sudah berada di dekat meja peminjaman dengan membawa buku ini.
Sejak SD saya sudah gemar dengan
seri-seri Chicken Soup dan sudah lama saya tidak membaca seri-seri tersebut.
Mungkin alam bawah sadar sayalah yang membuat saya mengambil keputusan untuk meminjam
buku ini tanpa pikir panjang. Ada memori yang sudah akrab akan seri-seri ini.
Dari dulu, konsep seri-seri
Chicken Soup tidak berubah. Beberapa orang mengirimkan tulisan sesuai tema yang
ditentukan oleh tim editor. Karena seri yang saya baca adalah seri Love Stories
atau Kisah Cinta, maka isinya adalah tentang pengalaman mencintai dan dicintai
seseorang serta bagaimana dengan mencintai dan dicintai, mereka menemukan
kebahagiaan dan semangat dalam hidup. Kedengarannya simpel. Namun saat mulai
membaca, biasanya sulit melepaskan buku ini. Untuk saya, ada dua alasan kenapa
biasanya saya sulit berhenti membaca buku ini sekali sudah di tangan: 1.
ceritanya singkat dan padat 2. mayoritas kisah nyata (walaupun ada bumbu-bumbu
tambahan).
Jadi secara isi, buku ini
jauh dari kata-kata motivasi tapi buku ini bisa memotivasi. Motivasinya
disalurkan lewat pengalaman orang-orang yang pernah mengalami masalah dalam
mencintai dan dicintai. Untuk orang seperti saya yang masih jomblo dan belum punya pengalaman dengan
lawan jenis, buku ini cukup inspiratif karena menjelaskan dengan cara sederhana
tentang apa yang dimaksud dengan dedikasi dan kesabaran. Walaupun dalam konteks
buku ini, yang dimaksud dedikasi adalah dedikasi dengan pasangan atau
kesetiaan, namun kata ini juga bisa diterapkan dalam konteks yang sangat umum.
Sedangkan kesabaran biasanya terdapat dalam kisah-kisah pasangan yang telah
menempuh kebersamaan sampai merayakan pernikahan emas atau perak. Kisah-kisah
mereka biasanya fokus pada dalamnya kesabaran yang melahirkan saling pengertian
dalam menghadapai satu sama lain. Dalam merajut kebersamaan, entah dengan
pasangan, rekan kerja, maupun teman, sering terdapat ketidakcocokan. Dengan
kesabaran, banyak pernikahan dan pertemanan yang bisa langgeng sampai maut
memisahkan.
Buku ini terdiri dari
delapan bab: Bagaimana Kami Bertemu,
Kekuatan Cinta, Syukur, Mengatasi Rintangan, Di Mata Seorang Anak, Pemahaman
dan Pelajaran, Kekuatan dari Memberi, serta Saat-saat Istimewa. Beberapa kontributor menyumbangkan lebih dari
satu tulisan untuk edisi ini. Untuk saya, tidak ada bab favorit dan cerita
favorit. Namun, cerita yang menurut saya inspiratif dan bisa dijadikan
pelajaran biasanya bersumber dari pasangan yang telah bersama selama puluhan
tahun dan telah mengalami masa bahagia dan duka bersama namun tetap bertahan
saling mencintai. Salah satunya tulisan Betty King dalam bab 6 “Pemahaman dan
Pelajaran” yang berjudul “Pernikahan dengan Landasan yang Kuat”.
Buku ini ringan dan inspiratif
karena menceritakan pengalaman cinta menarik dari beberapa orang. Untuk yang
sedang jatuh cinta dan berusaha menemukan cinta, buku 344 halaman ini pasti bisa
memberikan sesuatu yang berguna untuk menjalani hari-hari dengan pasangan dan
melihat cinta dengan sudut pandang yang lebih lebar. Selamat membaca!