Setiap daerah, apalagi kalau
itu ibukota kabupaten, pasti memiliki sebuah pasar tradisional yang biasanya
terletak di tengah-tengah kota. Posisinya di tengah kota bertujuan untuk menunjukkan
kepada masyarakat kota lain tentang betapa makmurnya masyarakat pemilik pasar
tersebut. Sudah sejak lama pasar secara tidak langsung dipakai sebagai
parameter maju dan sejahteranya suatu daerah.
Fakta tentang pasar
tradisional ini tidak hanya bisa dijumpai di Indonesia namun juga di
negara-negara lain. BBC sering meliput tentang kondisi pasar-pasar di daerah
Afrika dan Asia. Kenyataannya, di Afrika bahkan orang harus rela berjalan
berpuluh-puluh kilometer untuk bisa menjual hasil bumi atau hasil karya kemudian
membarternya dengan barang-barang kebutuhan di pasar tradisional. Pasar
tradisional adalah satu-satunya tempat yang bisa menyediakan transaksi unik ini. Orang dari berbagai macam latar belakang
berkumpul untuk bertransaksi. Jelas pasar tradisional adalah satu-satunya
tempat di mana mereka bisa mendapatkan barang-barang kebutuhan yang tidak
tersedia di kampung mereka.
Selain kegiatan ekonomi, ada
juga interaksi sosial yang diwakili dengan kegiatan tawar-menawar. Lewat
tawar-menawar, interaksi sosial yang lebih intim dapat dibangun. Dalam tawar
menawar, manusia dituntut untuk berkomunikasi lewat berbicara. Pengetahuan manusia
salah satunya dibangun dan disalurkan dengan berbicara. Dalam berbicara,
timbullah rasa akrab. Tidak jarang kita mengenal penjual beras langganan
keluarga di pasar yang juga turut diundang di pernikahan kakak perempuan kita.
Atau pembeli langganan toko buah yang selalu menyempatkan barang tujuh menit
untuk mengobrol dengan si penjual tentang kabar anaknya yang kuliah di kota
lain atau kesehatan tetangganya yang makin memburuk.
Namun, keberadaan pasar
tradisional saat ini tergeser dengan makin maraknya pasar modern atau yang
lebih sering disebut dengan supermarket. Keberadaan supermarket sebenarnya
adalah cara untuk memenuhi kebutuhan manusia saat ini. Manusia zaman sekarang
butuh praktis dan cepat. Tidak perlu ada percakapan bertele-tele lewat tawar menawar
jika yang dibutuhkan hanya sebotol air mineral, bukan? Di dalam masyarakat
modern, orang-orang bergerak. Mereka mencoba efisien dengan waktu karena waktu
adalah uang. Dalam bertransaksi pun, pasar
modern lebih tertarik dengan alat pembayaran yang nilainya bisa ditakar.
Nominal menjadi yang paling utama. Dengan kata lain, ekonomi adalah tujuan
utama diadakannya kegiatan jual beli di pasar modern.
Sebenarnya, jika ditilik
dari fungsi-fungsi, baik itu sosial maupun ekonomi, pasar tradisional dan
supermarket sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan. Biasanya jika terdapat
masalah seperti ini, solusinya adalah menyatukannya. Dengan kata lain,
mendirikan beberapa supermarket di kota yang memiliki pasar tradisional adalah
solusi yang bijak. Yang menjadi permasalahan saat ini adalah jumlah supermarket
yang dikhawatirkan bisa menggeser dan bahkan menenggelamkan fungsi pasar
tradisional sebagai sumber pendapatan masyarakat kecil yang menggantungkan
hidup dari berdagang di pasar tradisional dan memenuhi kebutuhan sosial
masyarakat untuk berinteraksi. Solusi yang diambil beberapa kepala daerah untuk
membatasi pertumbuhan supermarket cukup bijak. Pasar tradisional pun juga perlu
pemeliharaan agar menarik minat orang-orang yang lebih tertarik pergi ke
supermarket. Hal ini biasanya terjadi di kota-kota besar.
Di daerah-daerah yang
masyarakatnya masih menganggap bahwa acara berkumpul, membantu, dan mengetahui
kabar satu sama lain sebagai hal utama, pasar tradisional masih memiliki tempat
di kehidupan. Mereka masih membutuhkan ruang untuk mengekspresikan jati diri
mereka sebagai masyarakat komunal. Pasar tradisional adalah salah satu konsep
yang tersisa untuk dapat memenuhi fungsi-fungsi tersebut. Sayangnya,
daerah-daerah ini biasanya adalah daerah yang belum tersentuh modernisasi. Tapi
di kota-kota besar pun, masih banyak orang yang membutuhkan keberadaan pasar
tradisional. Bangsa yang sudah tumbuh dengan warisan komunal secara
turun-temurun memang tidak mudah melepas esensi kebersamaan yang telah
diwariskan nenek moyangnya.
Di tengah modernisasi yang
makin merambah ke kota-kota pelosok Indonesia, mempertahankan keberadaan pasar
tradisional menjadi suatu kebutuhan sebagai bentuk apresiasi pemerintah serta
masyarakat daerah tersebut terhadap masyarakat pedagang di sekitar kawasan
tersebut dan tradisi sosial yang telah menjadi kebutuhan masyarakat komunal.
Ketika menghabiskan hari
Minggu mengunjungi pasar tradisional, saya tahu bahwa para penjual ini mungkin
merasakan bahwa makin hari makin sedikit pembeli yang mau bersusah-payah naik
turun mencari barang kebutuhan sambil melakukan penawaran. Namun sampai sejauh
ini mereka masih bertahan. Bukti bahwa masih ada yang membutuhkan mereka.
Mereka sudah bertahan selama ini dan akan terus bertahan sampai nanti. Semoga
saya tidak salah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar