https://www.graphicstock.com/stock-image/cartoon-ghost-halloween-vector-illustration
Aku
ingin mengawali tulisan ini dengan mengatakan bahwa sebenarnya aku bukanlah
orang yang mampu merasakan apalagi melihat keberadaan makhluk halus. Jadi,
kalau ada teman-teman yang cerita soal pengalaman mereka melihat penampakan
atau diganggu makhluk halus, aku sama sekali tidak punya bayangan bagaimana
rasanya. Tentu saja aku percaya adanya makhluk halus dan menikmati (suka banget
sih sebenarnya) kalau ada teman yang cerita soal pengalamannya dengan makhluk
gaib. Dasarnya aku memang bukan penakut, paling-paling reaksiku setelah
diberitahu hanya merinding.
Belum
lama ini, tepatnya tadi malam, aku mengalami pengalaman dengan makhluk halus
yang sedikit berbeda dengan yang dulu-dulu. Kalau biasanya aku hanya menikmati
cerita, tadi malam aku melihat gangguan tersebut, walaupun bukan penampakan
makhluk gaibnya.
Ceritanya
diawali dari kemarin sore sehabis maghrib. Aku dan tiga orang teman berkumpul
di ruang produksi radio tempatku bekerja. Setiap Rabu, kami memang rutin
berkumpul untuk rekaman sandiwara radio yang diputar tiap seminggu sekali.
Sebagai informasi, gedung radio tempat aku bekerja bukanlah gedung yang terlalu
tua. Perkiraanku, gedung tersebut dibangun sekitar tahun 70an. Terdiri dari
bagian depan dan bagian belakang. Bagian depan terdiri dari 5 ruang sedangkan
bagian belakang dipergunakan sebagai auditorium. Ruang produksi terletak di
bagian depan. Ukurannya sekitar 5x3 m.
Saat
kemarin sore kami kelar rekaman, di ruang produksi hanya tertinggal aku dan
Mbak Flo, penulis naskah dan sutradara drama. Kami sama-sama ngenet dengan
koneksi radio. Kami ngobrol sambil lalu pakai bahasa Jawa. Sesaat kami terdiam
cukup lama karena sibuk dengan kegiatan masing-masing sampai kemudian Mbak Flo
bilang yang kalau dibahasa Indonesiakan kira-kira, “Yan, dari tadi kita tuh
nggak sendiri lho.”
Aku
yang dasarnya bukan penakut hanya menimpali, “Iya. Sama cicak kan?” (kebetulan
memang ada suara cicak).
“Bukan,
Yan, aku serius.”
“Emang
di mana?”, sesaat setelah mengajukan pertanyaan ini aku menyesal karena malah
membuat aku merasa takut.
“Di
pojok dekat pintu keluar.”
Aku
menimpali dengan, “Hmmm….”, dengan harapan Mbak Flo akan berhenti memberi tahu.
Tapi tentu saja tidak dong. Dia kemudian melanjutkan, “Dari tadi aku digangguin
e,” dengan suara lebih lirih.
Mungkin
melihat aku merasa tidak nyaman, ia menyambung, “Tapi dia nggak jahat kok.” Aku
sedikit lega ketika mendengarnya. Paling tidak, kerudungku tidak akan
ditarik-tarik atau lampu tiba-tiba mati sendiri.
Beberapa
menit kemudian, karena sudah merasa cukup, santai, aku melanjutkan kesibukan
sambil bertanya sambil lalu, “Emang dia ngapain sekarang?”
“Ngeliatin
aja.”
“Siapa
yang diliatin?”
“Kamu.”
Sesaat
setelah mendengar jawaban tersebut, mentalku langsung ciut. Aku kemudian berkemas-kemas
sambil mengajak Mbak Flo pindah ke studio tempat siaran.
* * * * *
Saat
sudah sampai di dalam studio, aku baru terpikir satu pertanyaan maha penting,
“Emang kamu bisa lihat demit, Mbak?”
“Nggak.
Tapi aku bisa tahu dan merasakan.”
Karena
sudah nggak takut dan mulai bisa rasional, aku bertanya, “Emangnya kamu tadi
diapain?”
“Pundakku
kayak diguyer-guyer sama dagunya dia.
Jadi geli.”
“Halah.”
“Tapi
dia baik kok, Yan. Studio ini sih aman. Cuman dia sekarang ada di balik jendela
kaca itu.”
Andre,
teman kami yang tadi ikut rekaman dan sedang kebagian jatah siaran,
mengingatkan, “Udah Mbak Flo. Jangan diceritain terus, nanti dianya nganu lho…”
Mbak
Flo kemudian hanya tertawa.
Kalau
dari segi rekor, Andre ini adalah penyiar yang paling sering diganggu. Tidak
hanya merasakan seperti Mbak Flo. Ia pernah sengaja dikageti beberapa kali oleh
hantu yang konon menghuni radio kami. Di luar kantor, Andre juga pernah
beberapa kali mengalami pengalaman dengan makhluk halus.
Mbak
Flo ngeyel dan melanjutkan ceritanya, “Di ruang produksi ada dua, Yan. Cowok
sama cewek. Tapi semuanya baik kok.”
Aku
yang mulai merasa santai juga terpancing karena dasarnya aku memang suka
mendengar kisah horror, “Mereka biasanya mangkal di mana, Mbak?”
“Kalau
yang cewek ada di pojokan meja yang dekat tumpukan naskah drama. Mereka biasanya
selalu muncul, apalagi pas kita rekaman drama horor. Makanya aku tuh nggak suka
kalau kalian kemproh di ruang
produksi. Takutnya ada yang nggak berkenan.”
Kami
bertiga lalu melanjutkan ngobrol hal-hal lain sampai kemudian Mbak Flo pamit
pulang karena sudah pukul 10 malam. Tidak lama keluar, ia kembali lagi. Mungkin
ada yang ketinggalan. Tapi ternyata tidak.
“Yan,
motorku starternya nggak mau berhenti. Bunyi terus dan nggak bisa dimatiin.”
Aku
langsung keluar dan melihat kondisinya. Motor bunyinya seperti digas
berkali-kali tetapi saat kunci diputar, tidak ada respon sama sekali. Kunci
benar-benar tidak berfungsi. Sebenarnya kami mau minta tolong Andre tetapi ia
sedang sibuk ngomong di depan mikrofon sambil memakai headphone. Jadilah kami
minta tolong bapak-bapak yang sedang nongkrong di pos satpam dekat gerbang
radio. Walaupun sudah diutak-atik, tetap saja motor tak berhenti. Akhirnya aku
masuk ke studio dan bilang ke Andre.
Andre
kemudian ikut keluar. Sambil senyum ia bilang, “Kan udah aku bilangin tadi.”
Akhirnya
setelah berjuang kurang lebih 15 menit, motor berhasil dimatikan dengan cara
memutus sementara saluran bensin. Mbak Flo harus meninggalkan motornya di radio
dan dia pulang diantar Pak Udin, salah satu pekerja di radio. Menurut Mbak Flo,
motornya sama sekali belum pernah eror seperti itu.
Selama
kejadian motor macet, aku berpikir apakah memang ini hasil pekerjaan si hantu.
Lalu aku bersyukur karena tidak kena imbasnya walaupun sempat bertanya-tanya dalam
hati karena penasaran. Aku pulang pukul 11 malam dari radio. Sampai di kos, aku
langsung cuci muka, sikat gigi, dan tidur. Saat bangun tidur, aku sudah lupa
dengan kejadian tadi malam sampai saat aku membuka laptop untuk mengerjakan
tugas. Laptopku awalnya eror. Sesuatu yang belum pernah terjadi selama ini. Ada
banyak garis-garis muncul di layarnya. Setelah menuggu beberapa saat, akhirnya
bisa kembali normal. Aku tidak tahu apakah yang terjadi padaku pagi ini ada
sangkut pautnya dengan kejadian tadi malam tetapi sampai sekarang, aku tidak
bisa berhenti memikirkannya sehingga aku memilih untuk menuliskan kisahnya di
blog.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar