Bulan Januari sudah
berlalu. Cukup banyak waktu yang saya habiskan untuk menonton film. Ada
beberapa film yang kemudian jadi favorit saya. Tiga di antaranya adalah film
karya sineas-sineas dari Iran. Pengetahuan saya tentang film jadi bertambah.
Untuk itu saya ucapkan terima kasih kepada Suhu Yandri yang telah berkenan
memberikan film-film ini kepada saya dan memberikan sedikit background yang
berguna sebelum saya mulai menontonnya. Karena sungguh, film berikut ini
benar-benar keren menurut saya. Berikut saya daftar lima film favorit saya
selama bulan Januari, dan mungkin juga selama 2012 ini, dengan urutan acak:
1. A Separation (2011)
Sutradara: Asghar Farhadi
Film ini mengangkat tema
yang biasa menjadi sesuatu yang luar biasa. Temanya adalah perceraian sepasang
suami istri asal Iran. Yang menjadi permasalahan adalah hak asuh anak karena
sang istri diceritakan berencana ke luar negeri. Namun, masalah perceraian ternyata
membawa dampak yang beruntun untuk keluarga ini. Untuk keseluruhan cerita tidak
perlu disampaikan. Yang saya mau ceritakan adalah perasaan selama menonton film
ini. Saya tak sempat untuk menghentikan film sebentar dan membuat susu panas
atau mengambil camilan karena film ini bersifat mengikat penonton di tempat
duduknya sampai scene terakhir. Emosi saya berganti-ganti. Keberpihakan
terhadap tokoh berpindah-pindah. Cerita ini benar-benar kompleks karena membawa
isu agama dan kelas sosial. Di akhir scene, saya malah ikut depresi.
2. Carnage (2011)
Sutradara: Roman Polanski
Tokohnya hanya empat orang. Settingnya hanya satu rumah dengan
beberapa ruangan. Kalau menonton film ini harus fokus karena banyak dialognya.
Film ini diadaptasi dari sebuah drama. Menceritakan tentang 2 buah keluarga
yang masing-masing anak lelakinya terlibat perkelahian sampai kemudian salah
satu anak terluka cukup parah. Dua keluarga ini bertemu untuk meluruskan
permasalahan tersebut. Kesan pertama saat menonton film ini adalah tegang
karena kita ikut merasa tidak enak saat melihat dua keluarga berpura-pura
bersikap baik satu sama lain. Namun akhirnya di tengah-tengah film, karakter
asli tiap tokoh mulai keluar. Sampai kemudian tidak ada tedeng aling-aling sama
sekali untuk mengungkapkan opini masing-masing. Di tengah-tengah film, tawa
saya masih biasa tapi semakin mendekati akhir, saya tidak bisa berhenti
memegangi perut dan menutup mulut. Bukan karena film ini adalah film komedi
tapi karena kejujuran tiap tokoh di film ini membuat siapapun pasti teringat
pernah melakukan hal yang sama dalam hidup sehingga ikut tertawa.
3. Where is the Friend’s Home? (1987)
Sutradara: Abbas
Kiarostami
Cerita inti dari film ini adalah seorang anak yang ingin
mengembalikan buku teman sekelasnya yang secara tidak sengaja terbawa olehnya.
Sangat sederhana. Ketulusan si anak harus dihadapkan pada berbagai kesulitan.
Yang menyenangkan dari menonton film ini adalah mengikuti perjalanan si anak
yang bernama Ahmadpoor sambil harap-harap cemas kesulitan apa lagi yang akan
dia hadapi kemudian. Si Ahmadpoor ini imut sekali. Dia memiliki tipikal mata
berwarna hitam dan besar khas orang Iran-Irak. Sekedar informasi, film ini
merupakan seri pertama dari Koker Trilogynya Kiarostami.
4. Through the Olive Trees (1994)
Sutradara: Abbas
Kiarostami
Ini seri terakhir dari Koker Trilogy. Kisah cinta dari sepasang
gadis dan pemuda yang ikut andil menjadi figuran dalam sebuah film. Ceritanya
si pemuda naksir si gadis tetapi si gadis takut menerima cintanya karena
dilarang oleh keluarganya sebab si pemuda buta huruf dan tidak punya tempat
tinggal. Si pemuda ini tidak menyerah untuk mendapatkan hati si gadis. Yang
paling menarik dari film ini adalah mendengarkan gombalan si pemuda terhadap si
gadis. Ada juga bagian di mana keduanya menarik ulur perasaan mereka dan
pura-pura tidak peduli. Di beberapa scene saya tertawa ngakak namun salut
dengan perjuangan si pemuda.
5. Memories
of Murder (2003)
Sutradara: Joon-ho Bong
Oooooo…film ini benar-benar keren. Ini bukan drama percintaan
Korea yang penuh dengan bintang-bintang dengan wajah sempurna karena setiap sudutnya
telah dipermak. Tema film ini adalah pembunuhan berantai di suatu desa di Korea
Selatan. Film ini berfokus pada perjuangan 2 detektif lokal dan 1 detektif asal
Seoul yang mencoba mencari pembunuhnya. Jadi jangan berharap ada wajah-wajah
kinclong dengan gaya rambut terbaru tiba-tiba muncul. Karena settingnya pun di
akhir tahun 80an, tidak akan ada hal seperti itu. Saya tidak tahu apa yang
membuat film ini bagus menurut saya. Mungkin karena film ini berjalan mulus.
Dalam artian, tidak ada scene yang mengganggu saya dan memaksa saya untuk
bertanya, “Kok gitu?”. Apalagi ini film tentang penyelidikan sebuah pembunuhan.
Biasanya ada hal-hal kecil yang mengganggu. Entah itu sikap polisi yang awalnya
bodoh tiba-tiba jadi pintar atau aksi penyelidikan yang berlebihan, yang
sebenarnya tidak mungkin dilakukan di kehidupan nyata. Semuanya terlihat
natural sehingga film ini membuat opini saya yang seragam tentang film Korea
berubah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar