Ada beberapa orang yang
tidak nyaman melakukan KKN karena satu dan lain hal. Beberapa hal yang membuat
mereka tidak nyaman di antaranya adalah tempat yang terpencil sehingga akses ke
mana-mana sangat terbatas, ketidaktersediaan air, tidak cocok dengan teman
sekelompok, sampai masyarakat desa yang tidak kooperatif. Bagi saya, semua itu
hanya mimpi buruk yang untungnya tidak menjadi kenyataan. Di awal KKN, saya
sempat pesimis tidak akan bisa melampauinya dengan baik berhubung saya orang
yang skeptis dan tidak bisa percaya dengan orang lain. Ternyata kenyataan
berkata lain. KKN adalah salah satu momen terbaik dalam hidup saya. Tahun-tahun
ke depan saya akan sarat dengan kenangan di tiap menit KKN dua tahun yang lalu.
Kelompok KKN saya tidak
bernama. Kami memang sengaja tidak memberinya nama karena tidak terlintas sama
sekali ide itu. Kalau pun harus diberi nama, mungkin adalah KKN UNY Cibuk Lor
II 2010. Nama yang sangat resmi. Cibuk Lor adalah nama sebuah pedukuhan di
daerah Seyegan, Sleman. Sedangkan II adalah hasil pembagian wilayah Cibuk Lor
menjadi tiga bagian. Tiap bagian memiliki dukuh sebagai kepalanya dan anggota
KKN biasanya tinggal di rumah dukuh selama masa KKN, kira-kira dua bulan.
Itu pula yang terjadi dengan
kelompok kami yang anggotanya terdiri dari 10 orang. Masing-masing punya
jabatan tersendiri yang saya lupa apa saja dan diisi oleh siapa saja. Mungkin
karena dalam keseharian, kami tidak terlalu mempermasalahkan siapa menjadi
siapa kecuali kalau memang orang itu memegang peranan yang mau tidak mau sering
dimunculkan. Berdasarkan fakta tersebut, kami punya seorang ketua bernama Riska
dan bendahara bernama Rina. Delapan anggota lain jabatannya tak jelas sama
sekali. Kami tak pernah memanggil Riska dan Rina dengan nama asli mereka.
Mereka lebih terkenal dengan panggilan Nyonya untuk Riska dan Tante untuk Rina.
Begitulah. Mereka adalah dua orang yang jabatannya paling saya ingat karena Nyonya
adalah ketua dan dia memiliki tanggung jawab untuk melapor saat DPL datang
memeriksa matriks kegiatan dan Tante adalah anggota yang bertugas untuk
mengumpulkan iuran bulanan demi membayar listrik, air, makan, dan program kerja
KKN.
Kehidupan selama dua bulan
bersama tentu tidak bisa dibilang dilalui dengan mulus-mulus saja. Ada kalanya
kami cekcok karena hal yang sepele. Contohnya adalah saat menentukan siapa yang
akan ikut upacara di lapangan pedukuhan atau mewakili kelompok rapat di balai
desa. Hal-hal seperti itu justru malah membuat kami dekat karena secara tidak
langsung kami menjadi tahu sifat dan karakter masing-masing sehingga tahu
bagaimana harus bersikap saat salah satu di antara kami marah sekaligus
bagaimana cara agar tidak membuat marah. Toleransi macam itu tidak bisa dicapai
dalam waktu yang singkat. Pelajaran toleransi itu pastinya melatih kami banyak
hal tentang bagaimana bersikap dengan orang lain di kemudian hari.
Dua bulan tinggal bersama
bukan waktu yang singkat. Tanggal 1 Juli kami tiba di rumah Bu Dukuh kami yang
bernama Bu Sugini untuk bersih-bersih dan mengangkut barang-barang kebutuhan selama
kami tinggal di sana setelah mengikuti upacara penyerahan dari UNY ke desa yang
diadakan di balai desa. Kami menghabiskan sebagian besar siang hari itu untuk
bersih-besih dan mengangkut barang. Sore hari kami baru pulang ke rumah
masing-masing. Kami resmi menginap tanggal 2 Juli 2010. Yang kami lakukan di
hari pertama menetap adalah tidur-tiduran di kamar anggota putra sambil ngomong
ngalor ngidul dan mendengarkan musik dari laptop. Kemudian kami merasa ada yang
kurang. Kamar tersebut minus televisi yang kemudian membuat Dika setuju untuk
membawa televisinya ke rumah Bu Dukuh setelah kami patungan membeli antena
baru. Sejak saat itu, kamar anggota putra resmi menjadi base camp kami. Yang
dimaksud base camp adalah mulai dari tempat makan, nonton TV, rapat, sampai
glesotan tak jelas.
Tidak selamanya selama dua bulan itu kami tinggal di
sana. Sering kami pergi ke kampus atau hanya sekedar pulang ke rumah menengok
keluarga atau kost di akhir pekan. Jadwal pulang tentu saja diatur dan tidak
bisa seenaknya meninggalkan pos tanpa izin maupun mengabari anggota yang lain.
Awalnya terasa sangat berat karena kehidupan kami hanya masalah bangun pagi,
sarapan, mengerjakan program, nonton televisi sambil tidur-tiduran, makan
siang, tidur-tiduran, jalan-jalan, makan malam, dan nonton televisi sambil
menunggu ngantuk. Monoton sekali. Tapi kami belajar untuk menyesuaikan diri
karena pada akhirnya kami harus bertahan hidup seperti itu selama 2 bulan ke
depan. Dan ternyata kami berhasil. Setelah dijalani, ternyata kegiatannya tidak
semonoton itu. Selalu ada hal baru. Sejujurnya, saya bangga dengan teman-teman
KKN saya karena mereka bisa melampaui dua bulan kebersamaan dengan sangat baik.
Untuk mengenang masa-masa kebersamaan kami yang sangat
menyenangkan, saya akan menggali kenangan tentang mereka dalam profil berikut
ini. Saya berhutang kepada sembilan orang ini karena telah memberi warna yang
sangat beragam pada salah satu fase kehidupan saya.
- Riska
Frihantining Hidayati
Kalau
ditanya siapa anggota yang paling galak, mungkin Nyonya, begitu kami
memanggilnya, akan dapat kehormatan untuk menyandang predikat ini. Hobinya
tentu saja misuh-misuh pada sesuatu yang menurutnya tidak pada tempatnya. Tapi
dia juga adalah koordinator terbaik di kelompok kami. Dia selalu hadir setiap
kami menemukan kesulitan dan tentu saja rapat tak akan berjalan lancar tanpa
pisuhannya. Nyonya menyukai anime, manga, dan segala hal berbau Jepang. Saya
pertama kali tahu film Chibi Maruko Chan versi non manga dari dia. Dalam tiap
pertemuan, Nyonya selalu datang tepat waktu dan dia juga bertanggung jawab
terhadap tiap tugas yang diembankan padanya. Saya percaya bahwa matriks kami
tak akan pernah jadi tanpa komandonya. Dia adalah umpan terbaik yang bisa kami
berikan saat Pak Margono, DPL kami, meninjau lokasi. Kala pulang menengok rumah, Nyonya tak pernah
lupa membawa kripik balado yang jadi favorit kami semua saat kembali. Nyonya
saat ini mengambil akta 4 jadi dia masih kuliah untuk mendapat sertifikasi guru
di bidang kimia.
- Setiyo Utami
Ningrum
Yang
paling saya ingat dari Temi, panggilan kami untuknya, adalah saya sering
berhutang pulsa padanya. Dia penjual pulsa yang tak pernah sering menagih
hutang tapi tahu-tahu hutang sudah menumpuk. Temi berpacaran dengan salah satu
anggota KKN Cibuk Lor I yang saya lupa namanya (maaf Temi!). Sampai sekarang
mereka masih langgeng dan semoga kami mendapatkan undangan pernikahannya
segera. Saat hari pertama bersih-bersih di rumah Bu Dukuh sebelum kami
tinggali, Temi mengajak saya mampir ke rumahnya di daerah Kaliurang untuk
mengambil barang-barang. Dia punya kebun salak dan saya sempat makan di
kebunnya. Seingat saya, Temi adalah orang yang sangat moody jadi kalau mengajak
bercanda harus melihat situasi dan kondisi karena bisa-bisa nantinya gagal
berhutang pulsa. Selebihnya, dia sangat rajin dan sangat perasa jadi mudah
terharu. Saat sesi curhat, dia sering menangis.
- Rina Nur Ayu
Ningrum
Tante
Rina mungkin adalah salah satu chef terbaik yang pernah saya kenal dalam hidup.
Dia bisa masak roti, kue, dan western food dengan sempurna. Bahkan saat ini dia
punya sebuah kedai di Food Court UNY yang paling laris dibandingkan kedai yang
lain. Waktu KKN, Tante sering pergi kalau malam Minggu berhubung dia punya
pacar. Dan tiap malam, sebelum tidur, dia selalu telepon-teleponan dengan Mas
Ndaru, pacarnya. Berhubung saya tidur sebelahan dengan Tante, saya pura-pura
sudah tidur padahal saya susah tidur gara-gara pembicaraan mereka. Jadi tiap
malam, obrolan Tante dan Mas Ndaru adalah
lullaby saya. Tante adalah anggota paling girly di kelompok kami. Dia suka
semua hal yang bernuansa pink dan hampir semua barang-barangnya berwarna pink. Kami
berhutang budi banyak pada Tante karena dia rela meminjamkan mobil papanya
untuk membawa barang-barang kami ke pos KKN juga LCD kantor mamanya yang sangat
berguna di banyak kegiatan kami. Tante tak pernah marah dan sering sekali
menanggapi obrolan dengan frasa, “Ho’o tah?’. Hal itu jadi bahan ejekan kami
sampai sekarang.
- Respati Nurul
Hidayati
Selain
Temi, Nurul juga bandar pulsa yang sering kami hutangi. Dia adalah anggota yang
paling rajin karena selalu mengerjakan segalanya dengan serius. Kerja
terhebatnya adalah ketika mendata semua penduduk Cibuk Lor II yang membuatnya
harus berkeliling seluruh desa dan menempelkan stiker tanda sudah didata di rumah-rumah
penduduk tersebut. Tanpa kerja kerasnya untuk mengunjungi rumah-rumah penduduk,
kami tak akan pernah tahu warga A rumahnya di mana, atau Bapak B ikut RT
berapa. Pekerjaannya memudahkan kami untuk kemudian mengirim undangan setiap
ada proker. Nurul rajin bangun pagi dan selalu membantu menyapu dan mengepel
rumah Bu Dukuh dan Mas Agus (anak Bu Dukuh). Saat ini Nurul sudah bekerja entah
di Jakarta atau Bekasi. Tapi komunikasi antara kami masih terjalin dengan
sangat baik.
- Edwin Wahyuni
Mungkin
Edwin adalah anggota kelompok kami yang sering mendapat ejekan justru karena
dia terlalu tahu banyak hal. Pengetahuannya pada hal-hal remeh temeh kami
anggap di luar kewajaran. Pernah suatu saat kami sedang membuat rencana belanja
kebutuhan perbaikan meja pingpong. Saat kami bingung mengira-ngira harga
amplas, paku, dan tetek bengek yang lain, Wiwin dengan entengnya menyebutkan
harga barang-barang tersebut satu per satu dan setelah kami ke toko material,
bedanya sangat tipis. Ia juga tahu nama kodim di daerah Sleman. Saat Wiwin
pulang ke rumah di akhir pekan, ia sering membawakan kami sambel goreng ati
pedas buatan ibunya yang langsung ludes dimakan kami kalau tidak diamankan.
Saat ini Wiwin sudah menikah dan jadi ibu rumah tangga yang sangat baik. Saat
kami datang ke rumah Wiwin di hari pernikahannya, kami tak pernah menyangka
kalau kami datang ke acara resepsi pernikahan karena Wiwin hanya mengundang
kami untuk mampir ke rumahnya karena dia ulang tahun tanpa mengatakan kalau dia
menikah di hari itu. Saat itu, untung tidak ada dari kami yang memakai celana
pendek.
- Windra
Kokoh
mungkin adalah anggota yang paling bijaksana di kelompok kami karena memang dia
paling tua di antara kami semua. Kami menganggap dia sebagai kakak seperguruan
yang paling santun. Kokoh tak pernah marah dan kalau tertawa tak pernah ngakak.
Dia juga rajin ke gereja dan merupakan jemaat gereja yang sangat aktif. Kami
yang tingkat relijiusitasnya masih pas-pasan kadang minder melihat betapa
seriusnya dia melayani gereja dan umatnya. Dua sifat aneh yang ditemukan pada
Kokoh adalah walaupun dia sangat santun, narsisnya tetap nomor wahid dan dia
tak akan pernah membiarkan dirinya menghadiri acara tanpa menata rambutnya
terlebih dahulu. Dia selalu keluar dengan rambut yang rapi jali. Walaupun
rambut itu akan rusak saat dia mengenakan helm, dia tak peduli. Dalam setiap
rapat, kalau kami sedang ada adu pendapat, Kokoh akan pelan-pelan menggiring ke
area diskusi yang aman. Dia juga tidak segan membantu anggota-anggota putri
untuk mencuci gelas dan piring setelah acara selesai. Sekarang Kokoh sudah
kembali ke Palangkaraya. Dia sudah menjadi guru yang mengajar di salah satu
sekolah di daerah pelosok di Kalimantan Tengah. Semoga Kokoh selalu sukses dan kita
bisa bertemu lagi.
- Yandika Fefrian
Rosmi
Sebagai
anak FIK, kesan kami pertama kali pada Dika tentu saja sangat berwibawa dan
bisa dijadikan pemimpin. Makin hari, kami makin menyadari kalau dia lebih baik
dijadikan anggota saja. Dika merupakan sosok yang lucu karena sifat
sok-sokannya. Kalau kami berkumpul, dia pasti tidak pernah absen menyumbang
satu lawakan. Stok lawakannya lumayan banyak. Dari semua anggota kelompok kami,
dialah satu-satunya yang dipercaya mengajar di SD Cibuk. Jadi setiap pagi, dia
sudah mandi dan pasang tampang di depan spion motor untuk kemudian melenggang
ke SD dan mengajar mapel olahraga. Dalam hubungan dengan remaja desa, Dika
adalah wakil kami yang selalu bisa diandalkan manakala kami merasa ada masalah
dengan karang taruna desa. Jadi jangan heran kalau dia selalu menjadi jubir di
setiap program kerja kami. Saat ini Dika sedang menempuh S2 di UNY.
Cita-citanya menjadi dosen yang kemudian diangkat jadi menteri pendidikan.
- Bibid Bagasworo
Tidak berbeda dengan Kokoh,
Bibid juga sangat relijius. Saat adzan subuh di bulan Ramadhan, ketika yang
lain masih bersantai nonton TV atau kembali tidur, Bibid sudah bersiap
berangkat ke masjid dengan sarung dan baju koko. Salah satu proker kami adalah
TPA di masjid dan Bibid merupakan anggota putra yang paling rajin berangkat.
Setiap ada rapat di kecamatan, kami selalu menjadikan Bibid sebagai umpan untuk
datang karena kami sangat malas berangkat ke kecamatan dan ia menerimanya
dengan lapang dada. Bibid adalah anggota yang paling akrab dengan cucu Bu Dukuh
yang bernama Rafa. Kesabarannya dengan anak kecil lagi-lagi membuat dia selalu
jadi umpan tiap kali Rafa merajuk minta main dengan kami. Di kelompok kami,
Bibid juga dikenal sering membuat lelucon dan sangat kompak kalau diajak
menggoda anggota kelompok yang lain. Saat ini dia sudah berkantor di salah satu
perusahaan kendaraan besar di Jogja.
- Aan Diang
Frastika Aji
Walaupun sangat malas mandi,
tanpa Aan, saya yakin sebagian besar program kami tidak berjalan dengan mulus. Aan
adalah satu-satunya lelaki di kelompok kami yang tahu dengan baik dan benar bagaimana
caranya mengecat, mengamplas, memaku, mencangkul, dan beribu macam pekerjaan
lainnya. Dulu, saat awal-awal kami berkumpul untuk membahas proker sebelum
menjalani KKN, ia tak pernah datang. Kami sempat putus asa karena memiliki
calon anggota yang tidak bertanggung jawab. Ternyata anggapan itu tidak
terbukti. Kami berhutang budi sangat besar padanya untuk kesuksesan program
kami. Aan juga dikenal sangat mellow
padahal penampilan fisiknya sungguh gahar. Jangan kaget kalau sebagian besar
koleksi lagunya adalah Westlife dan lagu-lagu setipe. Di kelompok kami, ia adalah anggota yang makan
paling banyak. Saat ini ia masih berjuang menyelesaikan skripsinya. Kami selalu
memberi semangat padanya 100%.
Kami
berpisah sebelum merayakan Lebaran. Saat itu semua proker sudah kami laksanakan
dan ujian sudah dilampaui. Perpisahan dengan warga sudah kami selenggarakan di
malam harinya. Yang saya ingat hari itu adalah kami seperti sengaja menyibukkan
diri berkemas-kemas dan mengingkari kenyataan bahwa KKN selama dua bulan sudah
berakhir. Sebenarnya sebelum berkemas-kemas itu sebagian besar dari kami sudah
sering pulang karena proker sudah selesai, namun tetap saja perasaan sedih yang
disembunyikan itu ada dia antara kegiatan menggulung kasur, mengepak
kertas-kertas di kardus untuk diloakkan, dan memilah-milah pecah belah di dapur
saat hari terakhir kami menetap di rumah Bu Dukuh. Ketika tiba saatnya kami
duduk di teras dan menunggu mobil Tante Rina menjemput dan mengantar kami
mengantar barang-barang, percakapan bergulir. Saat itu, sebagian besar dialog
kami adalah pertanyaan tentang bagaimana keadaan desa setelah kami tinggalkan.
Kami menebak-nebak apa yang akan terjadi dengan bekas kamar kami nantinya. Waktu
itu tidak ada dari kami yang menangis tapi saya percaya ketika mereka terbangun
keesokan harinya, ada suasana berbeda yang membuat mereka rindu akan aroma pagi
di Cibuk.
Wates, December 24th 2012
00:20 am
11 komentar:
koreksi..dudu akta 4 tp Program Gelar Tambahan aka Double Degree aka S1 yang kedua :D
kok gak ono, AAN adalah partner in crime saya..wakakakaka
Mank tau ribut tentang upacara bendera??gak ngeri aku...hahahahah
Soal matriks, kita harus berterima kasih pada WIWIN, karena tanpanya matriks gak akan bisa diprint dan beliau lah yg bekerja keras untuk itu :D
Dan kami, alhamdulillah masih kompak hingga 2 tahun kemudian :D
Yoi kuwi wis pokoke double degree yang keduaaaaaaaa!
Tahu yoooo pas arep upacara rombongan karo kelompok KKN liya nang lapangan kecamatan.
Oh iyo, Wiwin ngerock pokoke!
huasyeeeeem aku mandi yow, nek kringeten tok hahah apik
Ngapusiiiiiiiii!!
hahaha foto terbaikku kwi po?upload yang laen hahaha
pacarnya mbak Temi namanya Tito bukan?
Eeeeehh, iya. Tito! HEHEHE. Kok tahu?
tito itu masi sodara sama aku,sering kq crita ttg mb temi,jd'ne aku pnasaran,hehehe
smp skrg mb.temi msh sma tito kan ya?
kok ra dinei foto-fotone bocah cibok
matur nuwun Yaniiii,,, sudah bikin tulisan ini,,, bikin aku ngakak,,,wkwkwkwk,,,sekaligus kangen...eh apa kabar kalian hari ini?
aku sekarang di dinbud malah sering kerja sama sama mas Agus yang notabene kerja di Museum Benteng Vredeburg...
Makasih Sekali lagi mbak Yaniii, karena tulisanmu, pencarian namaku di google... trus muncul diriku dengan tepat,,,,wkwkwkwk
You all is part of my life that never forget
^_^
Posting Komentar