10 Maret 1876 Alexander
Graham Bell mengucapkan 2 kalimat yang mungkin paling terkenal dalam sejarah
telekomunikasi, “Mr. Watson, come here! I
Want to see you”. Sejak itu, perangkat komunikasi ciptaannya mengalami
perkembangan pesat. Bertolak dari sebuah keinginan untuk mengganti komunikasi dengan
surat yang tidak praktis dan efisien, saat ini Iphone telah memungkinkan
komunikasi antara seorang businessman di
New York dengan pegawai kantor kedutaan di Bangkok berjalan lancar tanpa
gangguan yang berarti.
Tidak ada yang baru di
kolong langit. Gadget generasi terbaru yang kita pegang sekarang adalah hasil
terobosan selama beberapa dekade. Telefon
yang dulu hanya bisa mentransfer pesan audio sekarang sudah melampaui batas
angan-angan manusia waktu pertama kali benda tersebut diciptakan. Saat ini
hampir semua jenis data mampu untuk dikirim melalui sepotong logam bermerk
Iphone, Blackberry, atau Nokia.
Manusia memiliki dua sisi
dalam melihat suatu hal di dunia ini, apapun itu. Dalam hal perkembangan
teknologi komunikasi, rasanya bukan hal yang baru kalau kekhawatiran akan
semakin tidak sosialnya manusia mengemuka. Pada dasarnya manusia adalah makhluk
sosial yang membutuhkan komunikasi dengan manusia yang lain. Komunikasi jenis
ini adalah jenis kebutuhan primer yang harus dipenuhi karena merupakan pemenuhan
kodrat batiniah diri manusia. Sedangkan manusia antisosial merasakan kesepian
yang menurut John Cacioppo yang mempelajari efek kesepian akan berefek pada
kekebalan tubuh dan berpengaruh signifikan pada berkurangnya umur manusia.
Menjamurnya jenis jejaring
sosial menawarkan alternatif interaksi antar manusia. Namun, jejaring sosial
merupakan jenis kontak semu yang tidak melibatkan komunikasi nyata. Ada batas-batas
di sana. Dua orang yang berkomunikasi secara akrab di media sosial bisa jadi
bersikap acuh tak acuh ketika bersua di kehidupan nyata. Dalam hal ini, gadget
hanya menawarkan komunikasi semu antar penggunanya dan hubungan seperti ini
adalah hubungan yang tidak sehat karena mengingkari hubungan sosial di mana
salah satu medianya adalah memanusiakan orang yang diajak berkomunikasi.
Belum lama ini, adik seorang
teman mengeluh karena hampir semua teman sekelasnya di universitas menggunakan
Blackberry messenger (BBM) untuk berkomunikasi. Semua informasi tentang
perkuliahan, jadwal, dan pergantian jadwal diinformasikan lewat media tersebut.
Bagi adik teman saya yang menggunakan Android, penyampaian pesan lewat BBM
adalah sebuah diskriminasi. Ia selalu terlambat menerima kabar dan bahkan
sempat beberapa kali tidak menerimanya sama sekali. Ia merasa bukan bagian dari
kelas dan terpinggirkan hanya karena ia memakai gadget yang bebeda.
Fenomena seperti ini mulai
marak di sekitar. Strata sosial dan gaya hidup ditentukan dengan kepemilikan
gadget keluaran terbaru. Orang yang ingin dianggap memiliki status sosial
tinggi sering harus memaksakan diri membeli gadget-gadget mahal demi gengsi.
Padahal belum tentu ia memiliki dana memadai untuk membeli pulsa bagi
gadgetnya. Sering saya mengirim SMS pada teman bergadget Blackberry hanya untuk
mendapat balasan nihil. Ketika saya konfirmasi mengapa SMS tidak dibalas, ia
mengatakan bahwa ia hanya membeli paket Blackberry untuk BBM dan internet,
bukan untuk SMS. Saya merasa terdiskriminasi dan juga merasa asing dengan
pemaksaan diri yang berlebihan dari teman saya. Saat seseorang membeli gadget
mahal yang berbeda merk dengan teman-teman sejawat, ia juga akan masuk
pengkotak-kotakan seperti adik teman saya.
Tapi lebih dari semua itu,
ada hal yang rasanya semakin jauh dari cita-cita awal diciptakannya alat
komunikasi, yaitu berkomunikasi dengan rasa hormat. Ada zaman ketika orang
berkirim surat atau mengunjungi saudara di luar kota saat Lebaran untuk
bersilaturahmi. Manusia di zaman itu merasa dimanusiakan karena tujuan mereka
untuk berkomunikasi masih menduduki posisi lebih penting dari media yang
dipakai untuk berkomunikasi. Sedangkan di zaman ini kepemilikan gadget dan
pencapaian status sosial lebih utama daripada tujuan yang ingin dicapai dengan
media tersebut. Mungkin saya harus mulai sering berkomunikasi dengan
orang-orang secara langsung untuk memanusiakan orang lain dan juga saya
sendiri.