Karena malam tahun
baru tidak saya rayakan dengan kegiatan di luar rumah, praktis saya harus
memiliki kegiatan pengganti yang tidak membuat saya bosan menghabiskan malam
yang penuh dengan gelegar petasan dan kembang api di mana-mana dan acara
televisi yang setipe. Pilihan saya jatuh pada membaca buku. Rasanya aneh memang
membaca buku di antara berisik perayaan, namun untung malam tahun baru kemarin
disertai hujan yang tak kunjung henti. Saya bukan penggemar hujan tapi saya bersyukur
karena hujan kemarin membantu menciptakan suasana lembut di antara gemuruh
petasan.
Untungnya buku yang
saya pilih memang bukan buku yang berat dan membutuhkan konentrasi penuh.
Judulnya Chicken Soup for the Cat and Dog
Lover’s Soul yang merupakan salah satu seri Chicken Soup. Buku ini
diterbitak pertama kali tahun 1999 di Amerika Serikat namun saya membaca edisi
terjemahannya. Diterbitkan di Indonesia April 2003. Saya akrab dengan seri-seri
Chicken Soup semenjak SD dan tahun-tahun awal di SMP. Waktu itu memang seri
tersbut sedang terkenal. Biasanya saya meminjamnya bersamaan dengan seri Goosebumpsnya R.L. Stine. Membaca
Chicken Soup bisa dikatakan juga sebagai manifestasi kerinduan saya pada
masa-masa remaja.
Saya menemukan
Chicken Soup tentang kucing dan anjing ini di antara rak-rak buku persewaan
komik langganan saya. Kecewa karena tidak ada komik baru, saya memutuskan
mengambil Chicken Soup. Total halaman buku ini 446. Biasanya seri Chicken Soup
sangat lekat dengan dua nama yaitu Jack Canfield dan Mark Victor Hansen sebagai
editornya. Kali ini mereka berkolaborasi dengan Marty Bcker yang seorang
veterinarian dan Carol Kline yang mendedikasikan dirinya di sebuah organisasi
penyelamatan binatang.
Semua cerita dalam Chicken Soup for the Cat and Dog Lover’s
Soul adalah tentang hubungan manusia dengan binatang, baik binatang
peliharaan maupun binatang liar. Manusia bisa belajar banyak dari binatang
tentang kasih sayang, kesetiaan, keberanian, disiplin, dan juga kesabaran. Banyak
orang menganggap binatang menduduki posisi yang jauh lebih rendah dari manusia
padahal banyak sekali cerita di mana kehidupan manusia diselamatkan oleh
binatang sampai bagaimana binatang mampu membantu manusia meningkatkan kualitas
hidupnya. Buku ini mengajarkan bahwa jikapun memang benar binatang jauh lebih
rendah dari manusia, bukan tugas menusia untuk menunjukkan kekurangan tersebut
namun bagaimana menumbuhkan rasa kasih sayang di antara mereka karena ternyata
keduanya saling membutuhkan.
Walaupun judulnya
menyebutkan kucing dan anjing. Namun isinya tidak hanya seputar dua jenis
binatang itu. Walaupun tetap kucing dan anjing mendominasi, ada juga kisah tentang
burung, kuda, angsa, tupai, bahkan gorila. Jenis ceritanya juga cukup banyak
karena melibatkan banyak koresponden atau orang-orang yang mengirimkan
ceritanya dari seluruh penjuru Amerika Serikat. Ada juga koresponden dari
Inggris. Orang-orang tersbut datang dari beragam latar belakang dan profesi. Cerita-cerita
tersebut dibagi menjadi 9 bab, yaitu: Problema Cinta, Keajaiban Pertautan Jiwa,
Hewan Peliharaan Sebagai Penyembuh, Pet-Pourri, Hewan Peliharaan Sebagai Bagian
dari Keluarga, Hewan Peliharaan Sebagai Panutan, Binatang-binatang yang
Menakjubkan, Selamat Tinggal, dan Teman Pendamping. Untuk pencinta binatang
yang tertarik membaca buku ini tapi tidak punya waktu karena banyaknya halaman,
bisa dengan membuka bab favorit. Walaupun dengan membaca semua bab pun, di
akhir tidak akan menyesal karena penuh dengan cerita-cerita inspiratif yang
disajikan dengan nada konyol maupun menyedihkan.
Tentu saja saya
memiliki cerita favorit. Cerita favorit saya berjudul “Anjing Angie”. Memang
agak sedikit horor. Seorang gadis bernama Angie bisa selamat dari kritis karena
roh anjing kesayangannya yang bernama Prince membantu dokter yang ditelepon
orang tua Angie untuk menemukan rumah mereka. Padahal saat itu salju sedang
turun dengan sangat lebat dan si dokter tidak bisa mengingat-ingat belokan yang
benar menuju rumah Angie. Cerita ini tergolong sederhana dan bahkan saya
meragukan kebenarannya. Tapi apapun itu, saya menyukai konsep kesetiaan anjing
peliharaan yang dikemas dalam cerita horor. Siapa sih yang tidak tertarik
dengan cerita horor?
Tidak berarti setelah
selesai membaca buku ini, saya jadi ingin untuk memiliki binatang peliharaan. Sejujurnya
saya tidak pernah tertarik untuk memiliki binatang peliharaan namun buku ini
membuat saya sadar bahwa saya tidak bisa seenaknya memperlakukan kucing, ayam,
atau anjing di sekitar lingkungan rumah secara kasar. Sebelumnya saya sering
membentak kucing yang masuk ke rumah atau mengusir ayam yang mendekat ke arah
saya dengan melempar batu. Ada kemungkinan efek kesadaran saya ini hanya
sementara. Tapi saya ingin bilang kalau itulah alasan mengapa saya masih terus
membutuhkan buku-buku seperti ini untuk terus mengingatkan saya. Selamat membaca!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar