Rabu, 14 Januari 2009

panas!

Keadaaan bumi ini nampaknya perlu mendapat perhatian lebih dari penghuninya. Coba lihat bagaimana rupa lingkungan yang ada di sekitar, apalagi aku tinggal di negara di mana sebagian besar penduduknya sulit untuk diajak bekerjasama memperhatikan lingkungan, bahkan lingkungan tempat di mana mereka hidup. Sering sekali aku melihat seseorang dengan enaknya membuang sampah di sembarang tempat dengan santainya. Pernah kan memperhatikan wajah-wajah seperti itu? Yang karena sudah kenyang mungkin makan sebungkus makanan ringan atau seplastik es mambo, tangannya malas menggenggam sampahnya itu untuk sementara waktu sembari mencari tempat sampah terdekat. Lebih parah lagi beberapa bulan yang lalu aku dengan jelas melihat dari bus, ada seorang pria yang membuang sampah dari tempat sampahnya ke kali di samping rumahnya. Wajah itu! Oh, aku tidak akan pernah melupakan betapa santainya wajah itu. Seperti tidak memikirkan mengapa sekarang ini banyak banjir terjadi dan kenapa kali-kali di Jogja meluap mencapai rumah-rumah penduduk yang tinggal di bantarannya.
Sebenarnya kejadian seperti itu, ketidakpedulian pada lingkungan, tidak hanya terjadi di Jogja atau di Indonesia, namun juga di beberapa tempat di berbagai belahan duia ini dengan variasi. Aku cukup miris melihat hal ini. Bukannya bermaksud sok atau bagaimana, tapi kita sering kan membaca berita dari koran, majalah atau melihat berita di televisisi yang melaporkan bahwa di dunia ini banyak sekali bencana alam yang disebabkan oleh human-error. Nah, analoginya kemudian, karena ada bencana-bencaa seperti itu, manusia tentu saja bisa mengurangi dampaknya, bukan? Apakah kurang bukti yang menunjukkan bahwa sebenarnya global warming itu benar-benar ada, bukan isapan jempol belaka? Kok ya masih banyak saja orang yang mengatakan bahwa itu hanya isu.
Aku tergerak untuk menuliskan hal ini karena tadi malam aku melihat film yang cukup membuatku shocked. Tadi malam aku melihat film Jerman yang didubing dengan menggunakan bahasa Inggris. Tidak masalah sih, walaupun agak mengurangi efek naturalnya, menurutku. Sebenarnya ini film tidak ada hubungannya sama sekali dengan bagaimana kita harus menjaga lingkungan kita atau scenes yang menunjukkan bagaimana orang berjamaah merusak lingkungan, bukan hal-hal semacam itu. Film ini justru malah sebuah film perang-perangan antara beberapa penjahat dan seseorang yang ceritanya menjadi hero di situ. Keren memang. Judulnya The Clown, sedangkan judul bawahnya memang agak "lebay", The Pay Day.Wiiii, takut!Tapi ada yang lebih keren lagi menurutku. Di film ini, aku melihat bahwa di Jerman sana orang ternyata sangat menghargai lingkungan di mana mereka tinggal, yang juga didukung dengan peran pemerintah tentunya. Bayangkan saja, aku bisa menghitung dengan jari ada berapa mobil yang berseliweran di jalan tol di sana ketika salah satu adegan di film tersebut berlangsung! Coba bandingkan dengan berapa mobil yang berseliweran bisa kita hitung di jalan tol Indonesia dalam waktu satu menit! Alamak! Indonesia parah sekali. Aku memang mendengar dari oomku sendiri bahwa di Jerman sana orang memang memilih unutk naik public transportation seperti kereta bawah tanah. Ada satu fakta yang ingin aku sampaikan terkait dengan fakta ini, bahwa dulu Indonesia di awal pembangunan infrasuktur umumnya di zaman Orde Baru, ada dua ide yang disampaikan oleh para arsitek. Pertama adalah manjadikan jalan tol sebagai sarana transportasi utama, yang kedua mengajukan adanya kereta bawah tanah. Tentu saja proyek yang diterima adalah ide pertama. Tahu sendiri kan zaman itu zaman pemerintahan siapa. Dan tentu saja yang mendapat tender lagi-lagi juga orang yang dekat. Tahu kan,orang yang menerima dana tol paling banyak sekarang ini? Hal kedua yang membuat aku sedikit senang adalah di sana, walaupun di dekat kota, masih ada tempat yang sangat hijau. Ada jalan kecil seperti jalan pedesaan yang dikelilingi oleh perkebunan indah. Memang sepertinya ada di pedesaan sih, tapi pedesaan yang dekat kota, kan? Sedangkan di sini, ayo coba siapa bisa mencarikan aku tempat seperti itu?
Parah ya memang, keadaan bumi sekarang. Sampai-sampai, hanya melihat hal-hal kecilmengenai bagaimana orang bisa menjaga lingkungan tempat tinggalnya saja, aku shocked. Aku tidak bisa dan tidak mamu membayangkan keadaan bumi ini nanti di era my son, my grandson, my great grandson, and my great great great grandson. Fiuuuhhhh...Seperti apa ya kira-kira?

Tidak ada komentar: