Jumat, 30 Agustus 2013

PASAR


Setiap daerah, apalagi kalau itu ibukota kabupaten, pasti memiliki sebuah pasar tradisional yang biasanya terletak di tengah-tengah kota. Posisinya di tengah kota bertujuan untuk menunjukkan kepada masyarakat kota lain tentang betapa makmurnya masyarakat pemilik pasar tersebut. Sudah sejak lama pasar secara tidak langsung dipakai sebagai parameter maju dan sejahteranya suatu daerah.
Fakta tentang pasar tradisional ini tidak hanya bisa dijumpai di Indonesia namun juga di negara-negara lain. BBC sering meliput tentang kondisi pasar-pasar di daerah Afrika dan Asia. Kenyataannya, di Afrika bahkan orang harus rela berjalan berpuluh-puluh kilometer untuk bisa menjual hasil bumi atau hasil karya kemudian membarternya dengan barang-barang kebutuhan di pasar tradisional. Pasar tradisional adalah satu-satunya tempat yang bisa menyediakan transaksi unik  ini. Orang dari berbagai macam latar belakang berkumpul untuk bertransaksi. Jelas pasar tradisional adalah satu-satunya tempat di mana mereka bisa mendapatkan barang-barang kebutuhan yang tidak tersedia di kampung mereka.
Selain kegiatan ekonomi, ada juga interaksi sosial yang diwakili dengan kegiatan tawar-menawar. Lewat tawar-menawar, interaksi sosial yang lebih intim dapat dibangun. Dalam tawar menawar, manusia dituntut untuk berkomunikasi lewat berbicara. Pengetahuan manusia salah satunya dibangun dan disalurkan dengan berbicara. Dalam berbicara, timbullah rasa akrab. Tidak jarang kita mengenal penjual beras langganan keluarga di pasar yang juga turut diundang di pernikahan kakak perempuan kita. Atau pembeli langganan toko buah yang selalu menyempatkan barang tujuh menit untuk mengobrol dengan si penjual tentang kabar anaknya yang kuliah di kota lain atau kesehatan tetangganya yang makin memburuk.
Namun, keberadaan pasar tradisional saat ini tergeser dengan makin maraknya pasar modern atau yang lebih sering disebut dengan supermarket. Keberadaan supermarket sebenarnya adalah cara untuk memenuhi kebutuhan manusia saat ini. Manusia zaman sekarang butuh praktis dan cepat. Tidak perlu ada percakapan bertele-tele lewat tawar menawar jika yang dibutuhkan hanya sebotol air mineral, bukan? Di dalam masyarakat modern, orang-orang bergerak. Mereka mencoba efisien dengan waktu karena waktu adalah uang.  Dalam bertransaksi pun, pasar modern lebih tertarik dengan alat pembayaran yang nilainya bisa ditakar. Nominal menjadi yang paling utama. Dengan kata lain, ekonomi adalah tujuan utama diadakannya kegiatan jual beli di pasar modern.
Sebenarnya, jika ditilik dari fungsi-fungsi, baik itu sosial maupun ekonomi, pasar tradisional dan supermarket sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan. Biasanya jika terdapat masalah seperti ini, solusinya adalah menyatukannya. Dengan kata lain, mendirikan beberapa supermarket di kota yang memiliki pasar tradisional adalah solusi yang bijak. Yang menjadi permasalahan saat ini adalah jumlah supermarket yang dikhawatirkan bisa menggeser dan bahkan menenggelamkan fungsi pasar tradisional sebagai sumber pendapatan masyarakat kecil yang menggantungkan hidup dari berdagang di pasar tradisional dan memenuhi kebutuhan sosial masyarakat untuk berinteraksi. Solusi yang diambil beberapa kepala daerah untuk membatasi pertumbuhan supermarket cukup bijak. Pasar tradisional pun juga perlu pemeliharaan agar menarik minat orang-orang yang lebih tertarik pergi ke supermarket. Hal ini biasanya terjadi di kota-kota besar.
Di daerah-daerah yang masyarakatnya masih menganggap bahwa acara berkumpul, membantu, dan mengetahui kabar satu sama lain sebagai hal utama, pasar tradisional masih memiliki tempat di kehidupan. Mereka masih membutuhkan ruang untuk mengekspresikan jati diri mereka sebagai masyarakat komunal. Pasar tradisional adalah salah satu konsep yang tersisa untuk dapat memenuhi fungsi-fungsi tersebut. Sayangnya, daerah-daerah ini biasanya adalah daerah yang belum tersentuh modernisasi. Tapi di kota-kota besar pun, masih banyak orang yang membutuhkan keberadaan pasar tradisional. Bangsa yang sudah tumbuh dengan warisan komunal secara turun-temurun memang tidak mudah melepas esensi kebersamaan yang telah diwariskan nenek moyangnya.
Di tengah modernisasi yang makin merambah ke kota-kota pelosok Indonesia, mempertahankan keberadaan pasar tradisional menjadi suatu kebutuhan sebagai bentuk apresiasi pemerintah serta masyarakat daerah tersebut terhadap masyarakat pedagang di sekitar kawasan tersebut dan tradisi sosial yang telah menjadi kebutuhan masyarakat komunal.
Ketika menghabiskan hari Minggu mengunjungi pasar tradisional, saya tahu bahwa para penjual ini mungkin merasakan bahwa makin hari makin sedikit pembeli yang mau bersusah-payah naik turun mencari barang kebutuhan sambil melakukan penawaran. Namun sampai sejauh ini mereka masih bertahan. Bukti bahwa masih ada yang membutuhkan mereka. Mereka sudah bertahan selama ini dan akan terus bertahan sampai nanti. Semoga saya tidak salah. 

Tidak ada komentar: