Kamis, 20 Oktober 2016

KEJADIAN HOROR DI RADIO

https://www.graphicstock.com/stock-image/cartoon-ghost-halloween-vector-illustration


Aku ingin mengawali tulisan ini dengan mengatakan bahwa sebenarnya aku bukanlah orang yang mampu merasakan apalagi melihat keberadaan makhluk halus. Jadi, kalau ada teman-teman yang cerita soal pengalaman mereka melihat penampakan atau diganggu makhluk halus, aku sama sekali tidak punya bayangan bagaimana rasanya. Tentu saja aku percaya adanya makhluk halus dan menikmati (suka banget sih sebenarnya) kalau ada teman yang cerita soal pengalamannya dengan makhluk gaib. Dasarnya aku memang bukan penakut, paling-paling reaksiku setelah diberitahu hanya merinding.
Belum lama ini, tepatnya tadi malam, aku mengalami pengalaman dengan makhluk halus yang sedikit berbeda dengan yang dulu-dulu. Kalau biasanya aku hanya menikmati cerita, tadi malam aku melihat gangguan tersebut, walaupun bukan penampakan makhluk gaibnya.
Ceritanya diawali dari kemarin sore sehabis maghrib. Aku dan tiga orang teman berkumpul di ruang produksi radio tempatku bekerja. Setiap Rabu, kami memang rutin berkumpul untuk rekaman sandiwara radio yang diputar tiap seminggu sekali. Sebagai informasi, gedung radio tempat aku bekerja bukanlah gedung yang terlalu tua. Perkiraanku, gedung tersebut dibangun sekitar tahun 70an. Terdiri dari bagian depan dan bagian belakang. Bagian depan terdiri dari 5 ruang sedangkan bagian belakang dipergunakan sebagai auditorium. Ruang produksi terletak di bagian depan. Ukurannya sekitar 5x3 m.
Saat kemarin sore kami kelar rekaman, di ruang produksi hanya tertinggal aku dan Mbak Flo, penulis naskah dan sutradara drama. Kami sama-sama ngenet dengan koneksi radio. Kami ngobrol sambil lalu pakai bahasa Jawa. Sesaat kami terdiam cukup lama karena sibuk dengan kegiatan masing-masing sampai kemudian Mbak Flo bilang yang kalau dibahasa Indonesiakan kira-kira, “Yan, dari tadi kita tuh nggak sendiri lho.”
Aku yang dasarnya bukan penakut hanya menimpali, “Iya. Sama cicak kan?” (kebetulan memang ada suara cicak).
“Bukan, Yan, aku serius.”
“Emang di mana?”, sesaat setelah mengajukan pertanyaan ini aku menyesal karena malah membuat aku merasa takut.
“Di pojok dekat pintu keluar.”
Aku menimpali dengan, “Hmmm….”, dengan harapan Mbak Flo akan berhenti memberi tahu. Tapi tentu saja tidak dong. Dia kemudian melanjutkan, “Dari tadi aku digangguin e,” dengan suara lebih lirih.
Mungkin melihat aku merasa tidak nyaman, ia menyambung, “Tapi dia nggak jahat kok.” Aku sedikit lega ketika mendengarnya. Paling tidak, kerudungku tidak akan ditarik-tarik atau lampu tiba-tiba mati sendiri.
Beberapa menit kemudian, karena sudah merasa cukup, santai, aku melanjutkan kesibukan sambil bertanya sambil lalu, “Emang dia ngapain sekarang?”
“Ngeliatin aja.”
“Siapa yang diliatin?”
“Kamu.”
Sesaat setelah mendengar jawaban tersebut, mentalku langsung ciut. Aku kemudian berkemas-kemas sambil mengajak Mbak Flo pindah ke studio tempat siaran.

                                                        *     *     *     *     *

Saat sudah sampai di dalam studio, aku baru terpikir satu pertanyaan maha penting, “Emang kamu bisa lihat demit, Mbak?”
“Nggak. Tapi aku bisa tahu dan merasakan.”
Karena sudah nggak takut dan mulai bisa rasional, aku bertanya, “Emangnya kamu tadi diapain?”
“Pundakku kayak diguyer-guyer sama dagunya dia. Jadi geli.”
“Halah.”
“Tapi dia baik kok, Yan. Studio ini sih aman. Cuman dia sekarang ada di balik jendela kaca itu.”
Andre, teman kami yang tadi ikut rekaman dan sedang kebagian jatah siaran, mengingatkan, “Udah Mbak Flo. Jangan diceritain terus, nanti dianya nganu lho…”
Mbak Flo kemudian hanya tertawa.
Kalau dari segi rekor, Andre ini adalah penyiar yang paling sering diganggu. Tidak hanya merasakan seperti Mbak Flo. Ia pernah sengaja dikageti beberapa kali oleh hantu yang konon menghuni radio kami. Di luar kantor, Andre juga pernah beberapa kali mengalami pengalaman dengan makhluk halus.
Mbak Flo ngeyel dan melanjutkan ceritanya, “Di ruang produksi ada dua, Yan. Cowok sama cewek. Tapi semuanya baik kok.”
Aku yang mulai merasa santai juga terpancing karena dasarnya aku memang suka mendengar kisah horror, “Mereka biasanya mangkal di mana, Mbak?”
“Kalau yang cewek ada di pojokan meja yang dekat tumpukan naskah drama. Mereka biasanya selalu muncul, apalagi pas kita rekaman drama horor. Makanya aku tuh nggak suka kalau kalian kemproh di ruang produksi. Takutnya ada yang nggak berkenan.”
Kami bertiga lalu melanjutkan ngobrol hal-hal lain sampai kemudian Mbak Flo pamit pulang karena sudah pukul 10 malam. Tidak lama keluar, ia kembali lagi. Mungkin ada yang ketinggalan. Tapi ternyata tidak.
“Yan, motorku starternya nggak mau berhenti. Bunyi terus dan nggak bisa dimatiin.”
Aku langsung keluar dan melihat kondisinya. Motor bunyinya seperti digas berkali-kali tetapi saat kunci diputar, tidak ada respon sama sekali. Kunci benar-benar tidak berfungsi. Sebenarnya kami mau minta tolong Andre tetapi ia sedang sibuk ngomong di depan mikrofon sambil memakai headphone. Jadilah kami minta tolong bapak-bapak yang sedang nongkrong di pos satpam dekat gerbang radio. Walaupun sudah diutak-atik, tetap saja motor tak berhenti. Akhirnya aku masuk ke studio dan bilang ke Andre.
Andre kemudian ikut keluar. Sambil senyum ia bilang, “Kan udah aku bilangin tadi.”
Akhirnya setelah berjuang kurang lebih 15 menit, motor berhasil dimatikan dengan cara memutus sementara saluran bensin. Mbak Flo harus meninggalkan motornya di radio dan dia pulang diantar Pak Udin, salah satu pekerja di radio. Menurut Mbak Flo, motornya sama sekali belum pernah eror seperti itu.
Selama kejadian motor macet, aku berpikir apakah memang ini hasil pekerjaan si hantu. Lalu aku bersyukur karena tidak kena imbasnya walaupun sempat bertanya-tanya dalam hati karena penasaran. Aku pulang pukul 11 malam dari radio. Sampai di kos, aku langsung cuci muka, sikat gigi, dan tidur. Saat bangun tidur, aku sudah lupa dengan kejadian tadi malam sampai saat aku membuka laptop untuk mengerjakan tugas. Laptopku awalnya eror. Sesuatu yang belum pernah terjadi selama ini. Ada banyak garis-garis muncul di layarnya. Setelah menuggu beberapa saat, akhirnya bisa kembali normal. Aku tidak tahu apakah yang terjadi padaku pagi ini ada sangkut pautnya dengan kejadian tadi malam tetapi sampai sekarang, aku tidak bisa berhenti memikirkannya sehingga aku memilih untuk menuliskan kisahnya di blog.


Tidak ada komentar: