Senin, 08 Desember 2008

tiga yang paling menyejukkan.....

Seminggu ini, aku sukses menyelesaikan buku-buku karangan penulis-penulis Indonesia yang berasal dari latar belakang budaya yang sangat jauh berbeda. Hari-hari awal, aku sibuk dengan rangkaian kalimat Korrie Layun Rampan yang cukup membingungkan bagiku. Ia menyajikan percakapan antar tokoh utamanya seperti conversation antar dosen filsafat. Penuh dengan metafor-metafor yang sulit dijabarkan secara harfiah. Intinya mau mangucapakan satu maksud saja, sang tokoh harus muter-muter ke gunung Lumut lalu main mandau.HAHAHAHAHA!!Pokoknya terlalu berbelit-belit. Tapi tentu saja dia tetap maestro dalam menceritakan alam Dayak yang menakjubkan. Aku dalam hal ini setuju saat dia menceritakannya dalam bentuk perlambang-perlambang indah.

Buku kedua yang aku baca adalah kumpulan tulisan Umar Kayam yang dulu pernah diterbitkan oleh KR di kolom Mangan Ora Mangan Kumpul. Untuk penulis yang satu ini, aku tidak memiliki kata lain yang pantas unutknya selain super cerdas. Doktor lulusan Cornell ini dapat meramu sesuatu yang sederhana, yang biasa terjadi dalam kehidupan manusia, menjadi sesuatu yang besar, yang menjadi penting untuk dipikirkan kembali. Yang paling menonjol dari semua kumpulan tulisannya di Mangan Ora Mangan Kumpul adalah perhatiannya yang sangat besar kepada kehidupan wong cilik. Dia mengritik dalam banyolan super cerdas yang mungkin bisa membuat orang yang dikritiknya malah tertawa terpingkal-pingkal. Semuanya terwakiili oleh kehidupan Mister Rigen sekeluarga dan Pak Ageng, orang yang mewakili kelas sosial rendah dan aristokrat.

Tentang buku terakhir yang kubaca, aku berkesimpulan bahwa buku ini tidak seinspiratif ketiga buku sebelumnya. Sudah bisa menebak buku apa ini kira-kira? Yup, Maryamah Karpov. Awalnya aku pikir aku akan menemukan sesuatu yang mangejutkan seperti di buku-buku sebelumnya terutama Edensor, namun baru sampai di halaman tengah saja aku sudah merasa bosan dan tidak menemukan rasa yang aku cari itu bahkan sampai halaman pamungkas. Tapi di atas semua itu, lagi-lagi aku terkesan dengan Andrea yang dapat melukiskan budaya Melayu, yang aku sangat resapi, terutama saat dia menceritakan karakter orang-orangnya. Untuk masalah ini, dia jagonya.

Tidak ada komentar: