Rabu, 02 November 2016

PRIA-PRIA IDOLAKU

Tiap perempuan sepertinya punya tipe pria idaman nan ideal yang biasanya mereka temukan pada sosok selebritis. Sebenarnya bisa juga ditemukan di profesi-profesi lain, namun sepertinya selebritis merupakan profesi yang paling banyak dijadikan rujukan. Kemungkinan besar karena selebritis selalu menjaga penampilan dan imej mereka di masyarakat. Mereka kemudian menjadi sosok nyaris tanpa cela yang diidolakan banyak orang sekaligus sulit dijangkau. Alasan terakhir itulah juga mungkin yang membuat kita seringnya hanya menerima hal-hal positif saja dari para selebritis. 
Ngomong-ngomong soal pria ideal, sejak SD sampai sekarang, saya punya sejumlah sosok pria idaman yang beberapa di antaranya masih saya idolakan sampai saat ini. Berikut ini adalah daftar pria-pria ideal versi saya yang pernah dan beberapa di antaranya masih mampu membuat histeris tiap kali saya melihat atau membaca sesuatu yang berhubungan dengan mereka. Daftar ini urutannya saya susun secara diakronik. 

1. Billy Gilman 


Mas “One Voice” ini pernah mengisi hari-hari saya saat SD. Waktu itu saya berlangganan majalah Bobo dan Bobo beberapa kali mengulas profil Billy lengkap dengan lirik dari satu atau dua lagu yang dinyanyikannya. Yang paling saya ingat tentu saja “One Voice”. MTv sering memutar lagunya. Saat itu adalah periode awal di mana saya sedang getol belajar bahasa Inggris. Lagu Billy memberikan semangat untuk belajar walaupun liriknya sulit dipahami kala itu. 
Selain Billy, masa itu adalah masa di mana saya mengenal nama-nama seperti Devon Sawa dan Macaulay Culkin gara-gara menonton Casper dan Home Alone. Kala itu saya dan teman-teman main di sekitar rumah, semua perempuan, pernah patungan untuk nonton Casper di salah satu rental VCD yang ada di samping palang perlintasan kereta api di Wates. Kami nonton berlima dan terpana saat Devon Sawa muncul. Padahal adegan di mana Devon muncul hanya berlangsung selama kurang lebih 10 menit. Namun ternyata sensasinya bisa bertahan cukup lama. Tidak terlalu lama saya mengidolakan dua orang tadi dibandingkan Billy. Saya juga tidak tahu kenapa bisa suka Billy cukup lama. Padahal selain “One Voice”, hanya 1 atau 2 lagu yang saya tahu darinya. Mungkin karena ia terlihat sangat imut dalam foto-foto yang ada di Bobo. Ada versi saat sebelum, sedang, dan sesudah ia memakai kawat gigi. Entah ke mana  sekarang Bobo edisi-edisi Billy Gilman yang dahulu sangat saya sayang dan sering buka hanya untuk melihat wajahnya. Tapi hal utama yang sangat penting dari Billy tentu saja suaranya yang ajaib. Tipikal suara merdu anak-anak yang pastinya juga disukai oleh anak-anak semacam saya kala itu. 
Teman-teman SD saya tidak terlalu banyak tahu tentang Billy Gilman, apalagi mengidolakannya. Mereka lebih fasih berbicara penyanyi anak-anak yang sering mereka lihat di Tralala Trilili, Cilukba, serta Bando Ya Ampuuuunnn (eh kalian masih pada inget nggak sih?). Tentu saja saya juga sering nonton acara-acara tersebut tetapi entah kenapa saat itu saya sangat suka sekali pada Billy. Satu-satunya teman seumuran yang bisa diajak ngobrol soal Billy adalah teman saya yang bernama Ellen. Dia sekolah di SD yang berbeda namun kami bertemu saat lomba bahasa Indonesia. Saat itu kami kenalan dan ngobrol-ngobrol soal Billy. Sumber utamanya apa lagi kalau bukan Bobo. 

2. Mark Feehily 


Setelah periode Billy Gilman berakhir dalam hidup saya, saya beralih menyukai boybands. Sebuah hal yang wajar mengingat saya saat itu mulai beranjak remaja dan tidak lagi cocok ketika membaca Bobo apalagi mendengar lagu anak-anak. Saya mulai rutin membeli majalah remaja seperti Kawanku dan Aneka Yes, kadang-kadang Gadis. Dari situlah kemudian saya tahu boybands semacam N’SYNC, Backstreet Boys, dan Westlife. Kebetulan tetangga saya yang sudah SMA sering meminjam majalah milik saya dan ia memberi tahu banyak hal soal boybands tersebut, juga informasi tentang selebritis dari luar negeri. Saat mulai meninggalkan tontonan acara musik anak-anak, saya pun punya gantinya, MTv. Saat itu MTv benar-benar surga dunia karena banyak acara-acara keren yang mengulas musik dan selebritis internasional. Dulu saya sangat suka MTv Asia Hitlist dan Triple Play. VJ Greg Utt dari Thailand adalah VJ favorit saya kala itu karena ganteng dan kocak. Dari situlah saya semakin tahu Westlife yang lagu-lagunya merajai tangga lagu di Asia. Kemudian saya jatuh cinta dengan para personilnya yang saat itu menurut saya sangat sempurna: tubuh tinggi, kulit putih, mata biru atau hijau, serta suara merdu). Di antara kelima personil tersebut, saya paling suka Mark Feehily. Saat itu ia terlihat sangat imut dengan rambut hitam, pipi merah, alis panjang aduhai, mata biru, dan gigi kelinci. Ia juga punya suara yang bagus dan paling sering mengisi vokal setelah Shane Filan. Mark juga merupakan satu-satunya personil Westlife yang tidak suka menari dan tidak luwes ketika melakukannya. Entah kenapa fakta tersebut malah membuat saya makin menyukainya. Saya juga masih ingat urutan personil dari yang paling saya sukai di Westlife: Mark Feehily, Bryan McFadden, Shane Filan, Nicky Byrne, dan Kian Egan. 
Sejak itu saya sering mengumpulkan memorabilia yang berkaitan dengan Westlife mulai dari kaset, CD, poster sampai kaos dan gantungan kunci. Saya hapal dengan semua lirik lagu mereka karena tiap pulang sekolah selalu saya dengarkan. Dinding kamar saya penuh tertutup dengan poster Westlife. Semua anggota keluarga dan teman tahu kalau saya pengemar berat mereka. Budhe saya bahkan menghadiahi kaos Westlife saat ulang tahun saya yang ke-12 atau 13 . 
Mereka juga tahu kalau saya paling suka dengan Mark. Mark Mark Mark. Pikiran saya kala itu penuh dengan bayangan tentang personil Westlife tersebut. Saya bahkan berencana pergi ke Sligo, kota tempat ia berasal di Irlandia, kalau sudah bekerja nanti. Mungkin saya bisa berkenalan dengan keluarganya dan akhirnya menikah dengannya. Benar-benar pikiran liar khas anak remaja yang kalau diingat-ingat sekarang membuat malu, begidik, dan membatin “kok bisa ya?”. Pada akhirnya keinginan gila tersebut memang tidak akan terjadi mengingat Mark adalah seorang gay. Kegilaan tersebut untungnya hanya bertahan sampai saya kelas 2 SMP. 

3. Nicholas Saputra 
Nicholas Saputra punya tempat yang spesial dalam kehidupan saya. Ia adalah satu-satunya cowok Indonesia yang bisa saya idolakan selama 13 tahun tanpa jeda. Karakternya sudah bersinonim dengan cowok keren impian. Perempuan mana coba yang bisa tidak jatuh cinta dengan sisi dingin dan misterius dari si pemilik sepasang mata elang? Itu yang pertama kali saya lihat dari Nico saat menonton AADC pertama kali saat kelas 3 SMP. Adakah yang bisa melupakan lirikan Rangga saat duduk di perpustakaan sambil memegang Akunya Sjumandjaja? Sejak saat itu sampai sekarang, informasi apapun yang berhubungan dengan laki-laki ini, saya selalu bahagia untuk mengetahuinya. Ia memang selebriti yang sangat tertutup dan pelit soal kehidupan pribadinya (udah liat kan isi IGnya?). Ia juga hemat omong walaupun kata orang-orang di lingkaran terdalamnya, ia bisa sangat lucu dan cerewet. Hal ini membuat ia makin misterius dan membuat penasaran. 
Ia juga merupakan aktor yang serius. Film-filmnya selalu berbobot karena ia terkenal tidak sembarangan dalam mengambil peran. Selain itu, di saat banyak aktor sangat memikirkan penampilannya, ia seringkali cuek kedapatan berkaos oblong dan sandal jepit, serta bertualang ke tempat-tempat terpencil yang jauh dari mainstream. Keseluruhan pribadinya dan kemisteriusannya membuat saya betah bertahan selama ini memujanya dan selalu membayangkan profilnya tiap kali ada yang bertanya bagaimana tipe laki-laki ideal menurutmu. Tidak ada yang sempurna di dunia ini. Itu merupakan pernyataan yang 100% saya amini. Namun, dalam ketidakmungkinan mencapai yang 100% itu, bagi saya Nico selalu ada di antara 60-80%nya. Paling tidak sampai saat ini. 

4. John Mayer 

Lagu-lagu John Mayer adalah makanan saya sehari-hari. Paling tidak, tiap minggu, lagu-lagunya pasti setia nangkring di playlist musik saya. Lagu-lagunya bertema universal, tidak melulu cinta pada lawan jenis yang liriknya cenderung menye-menye. Jadi, kalian bisa mendengarkan lagu-lagunya dalam berbagai kesempatan. Mulai dari saat patah hati, revisian skripsi dan tesis yang tak kelar-kelar, sampai bete karena uang kos naik. Sebagai musisi yang ahli bermain gitar dan jago dalam berbagai genre musik, John kemudian menjadi musisi idola saya. Itu sudah pasti. Namun, ia pernah terlalu saya idolakan sebagai musisi sehingga lama-lama akhirnya ia juga menjadi tipe cowok idola. Poin bahwa ia seorang maestro gitar tentulah bisa membuat banyak perempuan mabuk kepayang. Apalagi ia juga menciptakan dan menyanyikan lagu-lagu ciptaannya tersebut. Paket komplit sebagai musisi. Sayangnya, ia juga ganteng. Siapa yang tahan coba? 
Dari segi fisik, John memang menarik. Ia punya bibir tebal dan dagu belah yang sangat seksi. Kalau ia tersenyum, hari-hari kalian yang muram niscaya jadi cerah kembali. Ia punya senyum imut mirip bayi. Ya paling tidak itu menurut saya yang kemudian memberi gelar John musisi serba bisa cum pemilik senyum indah. Alasan itu cukup membuat John sukses menjadi laki-laki idaman sepanjang periode S1 saya. 
Saya ini tipe fan yang sangat mendukung idolanya sehingga saat ia pacaran dengan Katy Perry, saya juga turut gembira dan heboh. Sayangnya mereka putus dan entah kenapa perasaan saya pada John juga ikut padam (tsaaahhh). Mungkin karena saat itu saya mulai menyadari bahwa John punya banyak sekali mantan. Ia dikenal sebagai womanizer yang kemudian saya harus akui mengubah sedikit pandangan saya padanya. Namun, untuk urusan kualitas bermusiknya, ia masih ada di daftar atas musisi favorit saya karena sampai saat ini saya masih setia mendengarkan lagu-lagunya. 

5. Benedict Cumberbatch 



Sekarang ini, siapa yang tidak tahu nama besar dan kualitas akting Ben di dunia seni peran internasional? Rentang waktu berkarya Ben sebenarnya sudah lama namun saya baru mengenal namanya di awal tahun 2011. Gara-gara apalagi kalau bukan Sherlock. Teman-teman saya paham kalau saya adalah penggemar berat Sherlock Holmesnya Sir Arthur Conan Doyle. Beberapa teman kuliah yang rutin nonton serial-serial dari luar negeri menyarankan saya untuk coba menonton Sherlock versi BBC yang dibuat modern. Awalnya saya ragu dan sangsi. Sherlock yang otentik dari periode Victoria selamanya selalu ada di bayangan dan tak tergantikan. Selain itu, soal nonton serial, saya memang pilih-pilih. Saya takut ketagihan dan tidak punya waktu untuk hal lain. 
Namun, akhirnya saya mengalah pada bujuk rayu teman-teman. Pada akhirnya saya harus bilang bahwa menonton Sherlock versi BBC adalah salah satu keputusan terbaik yang pernah saya ambil dalam hidup. 
Anyway, saat itulah saya langsung jatuh cinta pada Benedict Cumberbatch. Saya tidak akan pernah menyukainya kalau misalnya aktingnya buruk di Sherlock. Namun dia mampu membuat pembaca karya-karya Sir Arthur seperti saya ini yakin bahwa Sherlock BBC sebenarnya tetap membawa sifat-sifat yang dimiliki Sherlock Holmes dalam cerita Sir Arthur seperti dingin, arogan, dan ilmiah, namun dalam kadar yang jauh lebih besar. Ia mampu meyakinkan saya bahwa ia tetaplah Sherlock Holmes yang saya lihat di karya-karya Doyle dalam dimensi waktu dan ruang yang berbeda. Dan entahlah, semua itu berterima. Apalagi penulis skenario Sherlock, Steven Moffat dan Mark Gatiss, merupakan Sherlockian. Mereka selalu menggunakan kisah-kisah Holmes dari karya Doyle setelah terlebih dahulu menyesuaikannya dengan era modern secara brilian. Sesuatu yang tidak pernah saya bayangkan, bahkan dibayangkan oleh para Sherlockian yang lain saya pikir. Namun, nyatanya mereka berhasil dan salah satu keberhasilan itu disebabkan oleh usaha luar biasa dari Ben. 
Sejak saat itu, saya mulai mencari segala sesuatu yang berhubungan dengan Ben. Karirnya memang semakin naik pasca menjadi Sherlock Holmes sehingga kemudian dunia bisa melihat aktingnya yang brilian di film-film semacam Tinker Tailor Soldier Spy, Star Trek Into Darkness, The Fifth Estate,  12 Years A Slave, The Imitation Game yang akhirnya membawanya ke nominasi Oscar, dan tentu saja perannya baru-baru ini sebagai salah satu superhero Marvel, Dr. Strange. Ia juga dipercaya menjadi Hamlet, oleh Barbican Theatre, sebuah pusat seni drama yang prestisius di Inggris dan salah satu yang terbesar di Eropa. Sebuah kepercayaan dan kesempatan yang mengukuhkan bahwa ia adalah aktor berkualitas. 
Di luar seni peran, ia juga dikenal sebagai pribadi yang menyenangkan, tidak membuat skandal, dan sering terlibat dalam kegiatan amal, salah satu alasan yang membuat Ratu Elizabeth II menganugerahinya gelar CBE. Ia juga merupakan sosok yang sayang keluarga. Dan di setiap acara di mana ia datang bersama istrinya, Sophie Hunter, ia selalu memastikan Sophie merasa nyaman. Kalian akan sering melihat dia berbisik atau berbicara pelan pada Sophie, “Are you OK?” berkali-kali. 
Saya tahu deskripsi ini lebih pada informasi yang bisa kalian dapat di internet. Namun, itulah keseluruhan dari Ben yang membuat saya tergila-gila. Kalau sekedar tampang, banyak lah yang lebih ganteng, namun kualitasnya sebagai aktor dan public figure, suara baritonnya yang bisa membuatmu betah mendengarkannya berjam-jam, serta tulang pipinya yang legendaris! Andai saja saya bisa memimpikannya tiap malam…. Soalnya bertemu langsung dengannya mungkin agak sulit, walaupun tidak bisa dibilang tidak mungkin. 
Baiklah. Itu tadi merupakan daftar laki-laki idaman yang pernah singgah atau masih menetap dalam pikiran saya. Mungkin beberapa tahun lagi, akan ada tambahan dalam daftar tersebut. Namun, sementara itu, yang ini dulu ya. 

Sumber gambar:
http://en.kidsmusic.info/artists/billy-gilman
https://www.pinterest.com/pin/497225615085884423/
http://putridiana87.blogspot.co.id/2011/12/nicholas-saputra.html
https://www.pinterest.com/pin/316589048778832436/
http://www.thisisyearone.com/benedict-cumberbatch-on-multitasking/

Tidak ada komentar: