Senin, 08 April 2013

AIDIT: DUA WAJAH DIPA NUSANTARA



Tercatat dua kali Aidit terlibat dalam pemberontakan yang disebut-sebut didalangi oleh Partai Komunis Indonesia (PKI). Pemberontakan pertama terjadi di Madiun tahun 1948. Saat itu di bawah kepemimpinan Musso, tokoh PKI senior, puluhan ribu buruh dan tani yang menyebut dirinya kaum revolusioner mengambil alih kekuasaan pemerintah. Melalui pemberontakan tersebut, Musso bermimpi untuk mendirikan sebuah “Soviet Republik Indonesia”. Soekarno meminta rakyat memilih dirinya atau Musso. Pemberontakan tersebut akhirnya gagal. Banyak tokoh PKI yang ditangkap dan dihukum mati. Saat itu Aidit dapat melarikan diri dan menurut adiknya, Murad Aidit, ia tinggal di Tanjung Priok dengan menyamar.  
Pemberontakan kedua terjadi pada tanggal 30 Spetember 1960. Presiden Soekarno sendiri lebih memilih untuk menyebutnya  sebagai Gestok (Gerakan Satu Oktober). Keterlibatan PKI dalam gerakan tersebut memang masih menjadi kontroversi. Banyak yang meyakini bahwa itu hanyalah akal-akalan pihak yang ingin mengambil kesempatan (saat itu Bung Karno diberitakan sedang sakit keras). Ada juga yang percaya bahwa gerakan tersebut didalangi oleh CIA dan AS. Tak sedikit yang berpendapat jika G30S/PKI adalah skenario Soekarno untuk melenyapkan oposisi tertentu dalam AD. Apapun latar belakangnya, pada akhirnya PKI lah yang menjadi korban dan pihak yang kalah, kalau tidak dibilang sebagai kambing hitam.
Setelah lama hidup dalam penyamaran, D.N. Aidit muncul kembali dan berhasil menggulingkan kepemimpinan tua di tubuh PKI (Alimin dan Tan Ling Djie). Ia menerbitkan kembali harian Bintang Merah dan rajin menyebarkan paham-paham revolusioner. Sampai akhirnya pada Kongres V PKI 1951, ia dipilih menjadi Ketua Comite Central (CC) PKI.
Peran Aidit adalah membentuk Biro Chusus (BC) yang menyusup dalam tubuh AD. Aidit bekerja sama dengan Sjam Kamaruzaman. Biro Chusus sendiri adalah sebuah badan yang pendiriannya tidak disetujui dan diketahui oleh anggota PKI pusat sehingga lembaga ini sering disebut sebagai PKI ilegal. Aidit mendirikan biro ini karena ia melihat adanya satu kekurangan dalam melakukan revolusi. PKI saat itu memang menjadi 4 partai terbesar di Indonesia setelah PNI, Masyumi, dan NU. Keberhasilannya menjadi peringkat 4 besar tak lepas dari peran kader-kader muda seperti Aidit, Lukman, Sudisman, dan Njoto. PKI memiliki banyak massa, dekat dengan Soekarno, namun mereka tak memiliki tentara. Oleh karenanya, infiltrasi BC dalam AD diharapkan dapat merebut pangaruh beberapa pimpinannya. Sejak September 1965, dikatakan bahwa Sjam menggelar rapat-rapat di rumahnya dan di rumah colonel A. Latief. Rapat-rapat ini dihadiri oleh Letkol Untung dan Mayor Sudjono.  
G30S/PKI gagal. Menurut mantan wakil perdana menteri Subandrio, PKI terseret lewat tangan Sjam. Banyak petinggi PKI yang mengaku tidak tahu menahu dengan G30S/PKI karena sejatinya BC yang dikepalai Sjam dibentuk Aidit tanpa sepengetahuan dan persetujuan anggota-anggota PKI pusat. Sejak Agustus 1965, kelompok bayangan Soeharto (Ali Moertopo c.s.) memang sudah ingin secepatnya memukul PKI dengan provokasi-provokasi terhadap PKI untuk memukul AD. Entah mana yang benar. Banyak versi yang masing-masing dipercaya dan didukung oleh banyak fakta.
Sebelum tertangkap tanggal 2 November 1965 di Solo oleh anak buah Soeharto, Komandan Brigade Infantri 4 Kodam Diponegoro Kol. Yasir Hadibroto, Aidit dikabarkan mengadakan sejumlah rapat di hari yang sama, yaitu tanggal 2 Oktober 1965 secara marathon di sejumlah kota seperti Yogyakarta, Semarang, Solo, Blitar, dan Boyolali. Isi rapatnya adalah menggalang dukungan bagi PKI. Soal ini juga entah benar entah salah.
Putra Belitung ini dieksekusi tanpa melalui pengadilan dan mayatnya dimasukkan dalam sebuah sumur tua di daerah Boyolali. Sampai sekarang, makamnya tak diketahui. Keluarganya tercerai-berai dan mendapatkan dampak dari sepak terjangnya. Kehidupan tokoh ini memang kontroversial karena terlalu banyak versi tentang dirinya. Bisa jadi orang memanfaatkan dirinya, bisa jadi ia memang terlibat dalam semua gerakan yang dituduhkan padanya. 

Tidak ada komentar: