Sabtu, 19 Januari 2013

JOKOWI: MEMIMPIN KOTA, MENYENTUH JAKARTA



Menurut yang saya baca tentang bagian “tentang penulis” di halaman paling belakang buku, ini adalah buku biografi kesekian kali yang ditulis oleh Alberthiene Endah. Sebelumnya saya belum pernah membaca karya-karya Mbak Alberthiene yang lain dan ini adalah buku pertamanya yang saya baca. Menarik karena buku ini bertitel sebuah memoar, biografi, dari tokoh yang saat ini mungkin menduduki peringkat kepopuleran paling tinggi di Indonesia, yaitu Jokowi. Sepak terjangnya sebagai Gubernur DKI yang baru diuji dengan masalah banjir yang saat ini sedang melanda ibukota. Orang-orang awam seperti saya pasti tergerak untuk mengetahui latar belakang Jokowi yang sebelumnya disebut-sebut sukses melayani Solo. Tingkat penasaran ini lebih kepada usaha personal untuk menjawab sebuah pertanyaan: apakah si Bapak juga akan mampu melayani Jakarta?
Yang menarik saya pertama kali dari buku ini adalah covernya. Foto hitam putih Jokowi yang sedang duduk di anak tangga dengan mengenakan kemeja batik, celana panjang, dan sandal. Kepalanya menoleh dan tersenyum. Entah tersenyum pada siapa. Cover ini menarik karena profilnya terlihat sangat simple, sederhana, bersahaja. Teman saya yang meminjamkan buku ini pada saya bilang kalau Jokowi memilih sendiri foto ini untuk dijadikan cover. Selain itu, dalam sekali pandang saya menduga bahwa buku ini terlihat mahal. Hal ini juga terlihat dari jenis kertas dan banyaknya foto berwarna di dalamnya. Saya tidak tahu harganya karena buku ini saya dapat hanya dengan modal meminjam. Tapi setelah mencari di google, harganya saat ini adalah Rp 77.000,00.  
Karena ini adalah buku biografi, bukan otobiografi, saya berharap si penulis akan menceritakan kehidupan Jokowi dengan sudut pandang orang ketiga. Saya cukup kaget karena ternyata isinya menggunakan sudut pandang orang pertama. Sesungguhnya saya merasa terganggu dengan kenyataan ini karena bagi orang yang membaca sebuah biografi, ekspektasi yang ada adalah menemukan banyak hasil penelitian tentang kehidupan tokoh yang ditulis, bukan ungkapan pribadi tokoh tentang kehidupannya sendiri. Entahlah, buat saya hal tersebut agak sedikit bermasalah.
Namun saya cukup menikmati cara Alberthiene Endah memilih diksi dan merangkai kalimat yang tidak membosankan dan indah. Walaupun Jokowi jadi terlihat muluk-muluk dan seperti dewa karena menceritakan kehidupannya dan kesuksesannya (ekspektasi saya sudut pandang orang ketiga ), saya menikmati benar alur cerita yang sangat mulus disampaikan. Dengan jumlah halaman sebanyak 231, saya membutuhkan sekitar 6 jam selama 2 hari untuk menyelesaikannya. Ketidakmauan saya untuk meninggalkan buku ini lebih kepada pilihan diksi dan rangkaian kalimatnya yang sangat baik.
Soal isi menurut saya standar saja. Bahkan saya terus berkata “nggak objektif” beberapa kali. Masalahnya, sekali lagi, ini bukan otobiografi jadi untuk saya terlihat aneh. Mungkin banyak penulis yang menulis biografi dengan sudut pandang orang pertama tapi bagi saya, itu tidak tepat. Ini murni pendapat pribadi saya. Ada 10 bab yang dimulai dari kisah tentang masa kecil Jokowi yang hidup di bantaran kali sampai dukungan penuh keluarga besarnya saat ia mencalonkan diri kemudian memenangkan Pilkada DKI.
Pada dasarnya Jokowi sangat berempati pada rakyat kecil. Caranya memandang rakyat jelata terefleksikan dalam langkah-langkahnya menyelesaikan permasalahan yang cenderung ke membangun dialog. Tidak ada hal yang cukup menarik perhatian saya kecuali fakta bahwa menjabat walikota tidak selama periode penuh (Jokowi hanya menjabat 2,5 tahun) dan mencalonkan diri untuk pemilihan kepala daerah di kota lain ternyata diperbolehkan. Sayangnya tidak ada penjelasan kenapa diperbolehkan. Di buku hanya dituliskan bahwa rakyat Solo mengikhlaskan dan mendukung secara penuh.
Untuk yang tertarik mengenal Jokowi lebih dalam, baca saja buku ini. Selamat membaca!

Tidak ada komentar: