Kamis, 31 Januari 2013

GADGET



10 Maret 1876 Alexander Graham Bell mengucapkan 2 kalimat yang mungkin paling terkenal dalam sejarah telekomunikasi, “Mr. Watson, come here! I Want to see you”. Sejak itu, perangkat komunikasi ciptaannya mengalami perkembangan pesat. Bertolak dari sebuah keinginan untuk mengganti komunikasi dengan surat yang tidak praktis dan efisien, saat ini Iphone telah memungkinkan komunikasi antara seorang businessman di New York dengan pegawai kantor kedutaan di Bangkok berjalan lancar tanpa gangguan yang berarti.
Tidak ada yang baru di kolong langit. Gadget generasi terbaru yang kita pegang sekarang adalah hasil terobosan selama beberapa dekade.  Telefon yang dulu hanya bisa mentransfer pesan audio sekarang sudah melampaui batas angan-angan manusia waktu pertama kali benda tersebut diciptakan. Saat ini hampir semua jenis data mampu untuk dikirim melalui sepotong logam bermerk Iphone, Blackberry, atau Nokia.
Manusia memiliki dua sisi dalam melihat suatu hal di dunia ini, apapun itu. Dalam hal perkembangan teknologi komunikasi, rasanya bukan hal yang baru kalau kekhawatiran akan semakin tidak sosialnya manusia mengemuka. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan komunikasi dengan manusia yang lain. Komunikasi jenis ini adalah jenis kebutuhan primer yang harus dipenuhi karena merupakan pemenuhan kodrat batiniah diri manusia. Sedangkan manusia antisosial merasakan kesepian yang menurut John Cacioppo yang mempelajari efek kesepian akan berefek pada kekebalan tubuh dan berpengaruh signifikan pada berkurangnya umur manusia.
Menjamurnya jenis jejaring sosial menawarkan alternatif interaksi antar manusia. Namun, jejaring sosial merupakan jenis kontak semu yang tidak melibatkan komunikasi nyata. Ada batas-batas di sana. Dua orang yang berkomunikasi secara akrab di media sosial bisa jadi bersikap acuh tak acuh ketika bersua di kehidupan nyata. Dalam hal ini, gadget hanya menawarkan komunikasi semu antar penggunanya dan hubungan seperti ini adalah hubungan yang tidak sehat karena mengingkari hubungan sosial di mana salah satu medianya adalah memanusiakan orang yang diajak berkomunikasi.  
Belum lama ini, adik seorang teman mengeluh karena hampir semua teman sekelasnya di universitas menggunakan Blackberry messenger (BBM) untuk berkomunikasi. Semua informasi tentang perkuliahan, jadwal, dan pergantian jadwal diinformasikan lewat media tersebut. Bagi adik teman saya yang menggunakan Android, penyampaian pesan lewat BBM adalah sebuah diskriminasi. Ia selalu terlambat menerima kabar dan bahkan sempat beberapa kali tidak menerimanya sama sekali. Ia merasa bukan bagian dari kelas dan terpinggirkan hanya karena ia memakai gadget yang bebeda.
Fenomena seperti ini mulai marak di sekitar. Strata sosial dan gaya hidup ditentukan dengan kepemilikan gadget keluaran terbaru. Orang yang ingin dianggap memiliki status sosial tinggi sering harus memaksakan diri membeli gadget-gadget mahal demi gengsi. Padahal belum tentu ia memiliki dana memadai untuk membeli pulsa bagi gadgetnya. Sering saya mengirim SMS pada teman bergadget Blackberry hanya untuk mendapat balasan nihil. Ketika saya konfirmasi mengapa SMS tidak dibalas, ia mengatakan bahwa ia hanya membeli paket Blackberry untuk BBM dan internet, bukan untuk SMS. Saya merasa terdiskriminasi dan juga merasa asing dengan pemaksaan diri yang berlebihan dari teman saya. Saat seseorang membeli gadget mahal yang berbeda merk dengan teman-teman sejawat, ia juga akan masuk pengkotak-kotakan seperti adik teman saya.
Tapi lebih dari semua itu, ada hal yang rasanya semakin jauh dari cita-cita awal diciptakannya alat komunikasi, yaitu berkomunikasi dengan rasa hormat. Ada zaman ketika orang berkirim surat atau mengunjungi saudara di luar kota saat Lebaran untuk bersilaturahmi. Manusia di zaman itu merasa dimanusiakan karena tujuan mereka untuk berkomunikasi masih menduduki posisi lebih penting dari media yang dipakai untuk berkomunikasi. Sedangkan di zaman ini kepemilikan gadget dan pencapaian status sosial lebih utama daripada tujuan yang ingin dicapai dengan media tersebut. Mungkin saya harus mulai sering berkomunikasi dengan orang-orang secara langsung untuk memanusiakan orang lain dan juga saya sendiri. 

Tidak ada komentar: