Jumat, 07 Desember 2012

5 FILM DI BULAN JANUARI 2012

Bulan Januari sudah berlalu. Cukup banyak waktu yang saya habiskan untuk menonton film. Ada beberapa film yang kemudian jadi favorit saya. Tiga di antaranya adalah film karya sineas-sineas dari Iran. Pengetahuan saya tentang film jadi bertambah. Untuk itu saya ucapkan terima kasih kepada Suhu Yandri yang telah berkenan memberikan film-film ini kepada saya dan memberikan sedikit background yang berguna sebelum saya mulai menontonnya. Karena sungguh, film berikut ini benar-benar keren menurut saya. Berikut saya daftar lima film favorit saya selama bulan Januari, dan mungkin juga selama 2012 ini, dengan urutan acak:

1. A Separation (2011)
Sutradara: Asghar Farhadi
Film ini mengangkat tema yang biasa menjadi sesuatu yang luar biasa. Temanya adalah perceraian sepasang suami istri asal Iran. Yang menjadi permasalahan adalah hak asuh anak karena sang istri diceritakan berencana ke luar negeri. Namun, masalah perceraian ternyata membawa dampak yang beruntun untuk keluarga ini. Untuk keseluruhan cerita tidak perlu disampaikan. Yang saya mau ceritakan adalah perasaan selama menonton film ini. Saya tak sempat untuk menghentikan film sebentar dan membuat susu panas atau mengambil camilan karena film ini bersifat mengikat penonton di tempat duduknya sampai scene terakhir. Emosi saya berganti-ganti. Keberpihakan terhadap tokoh berpindah-pindah. Cerita ini benar-benar kompleks karena membawa isu agama dan kelas sosial. Di akhir scene, saya malah ikut depresi.

2. Carnage (2011)
Sutradara: Roman Polanski
Tokohnya hanya empat orang. Settingnya hanya satu rumah dengan beberapa ruangan. Kalau menonton film ini harus fokus karena banyak dialognya. Film ini diadaptasi dari sebuah drama. Menceritakan tentang 2 buah keluarga yang masing-masing anak lelakinya terlibat perkelahian sampai kemudian salah satu anak terluka cukup parah. Dua keluarga ini bertemu untuk meluruskan  permasalahan tersebut. Kesan pertama saat menonton film ini adalah tegang karena kita ikut merasa tidak enak saat melihat dua keluarga berpura-pura bersikap baik satu sama lain. Namun akhirnya di tengah-tengah film, karakter asli tiap tokoh mulai keluar. Sampai kemudian tidak ada tedeng aling-aling sama sekali untuk mengungkapkan opini masing-masing. Di tengah-tengah film, tawa saya masih biasa tapi semakin mendekati akhir, saya tidak bisa berhenti memegangi perut dan menutup mulut. Bukan karena film ini adalah film komedi tapi karena kejujuran tiap tokoh di film ini membuat siapapun pasti teringat pernah melakukan hal yang sama dalam hidup sehingga ikut tertawa.

3. Where is the Friend’s Home? (1987)
Sutradara: Abbas Kiarostami
Cerita inti dari film ini adalah seorang anak yang ingin mengembalikan buku teman sekelasnya yang secara tidak sengaja terbawa olehnya. Sangat sederhana. Ketulusan si anak harus dihadapkan pada berbagai kesulitan. Yang menyenangkan dari menonton film ini adalah mengikuti perjalanan si anak yang bernama Ahmadpoor sambil harap-harap cemas kesulitan apa lagi yang akan dia hadapi kemudian. Si Ahmadpoor ini imut sekali. Dia memiliki tipikal mata berwarna hitam dan besar khas orang Iran-Irak. Sekedar informasi, film ini merupakan seri pertama dari Koker Trilogynya Kiarostami.

4. Through the Olive Trees (1994)
Sutradara: Abbas Kiarostami
Ini seri terakhir dari Koker Trilogy. Kisah cinta dari sepasang gadis dan pemuda yang ikut andil menjadi figuran dalam sebuah film. Ceritanya si pemuda naksir si gadis tetapi si gadis takut menerima cintanya karena dilarang oleh keluarganya sebab si pemuda buta huruf dan tidak punya tempat tinggal. Si pemuda ini tidak menyerah untuk mendapatkan hati si gadis. Yang paling menarik dari film ini adalah mendengarkan gombalan si pemuda terhadap si gadis. Ada juga bagian di mana keduanya menarik ulur perasaan mereka dan pura-pura tidak peduli. Di beberapa scene saya tertawa ngakak namun salut dengan perjuangan si pemuda.

5. Memories of Murder (2003)
Sutradara: Joon-ho Bong
Oooooo…film ini benar-benar keren. Ini bukan drama percintaan Korea yang penuh dengan bintang-bintang dengan wajah sempurna karena setiap sudutnya telah dipermak. Tema film ini adalah pembunuhan berantai di suatu desa di Korea Selatan. Film ini berfokus pada perjuangan 2 detektif lokal dan 1 detektif asal Seoul yang mencoba mencari pembunuhnya. Jadi jangan berharap ada wajah-wajah kinclong dengan gaya rambut terbaru tiba-tiba muncul. Karena settingnya pun di akhir tahun 80an, tidak akan ada hal seperti itu. Saya tidak tahu apa yang membuat film ini bagus menurut saya. Mungkin karena film ini berjalan mulus. Dalam artian, tidak ada scene yang mengganggu saya dan memaksa saya untuk bertanya, “Kok gitu?”. Apalagi ini film tentang penyelidikan sebuah pembunuhan. Biasanya ada hal-hal kecil yang mengganggu. Entah itu sikap polisi yang awalnya bodoh tiba-tiba jadi pintar atau aksi penyelidikan yang berlebihan, yang sebenarnya tidak mungkin dilakukan di kehidupan nyata. Semuanya terlihat natural sehingga film ini membuat opini saya yang seragam tentang film Korea berubah.

Tidak ada komentar: