Jumat, 07 Desember 2012

7 SOUNDTRACK HIDUP SAYA SELAMA SEMINGGU

Musik buat saya adalah teman yang paling setia. Selain buku dan film, musik membantu saya untuk selalu memberi porsi yang cukup bagi hidup, tidak boleh terlalu sedih, bahagia, atau terlalu mencintai. Jadi sedikit banyak, hidup saya ada di path yang benar. Paling tidak menurut saya. HAHAHA. Saat hidup mulai jahat, saya bisa meredam luka yang ditimbulkannya. Dan saat kebahagiaan melimpah di tiap detik, saya harus selalu waspada dengan tikungan yang tiba-tiba membelokkan jalannya kebahagiaan itu menuju kesedihan lagi. Singkatnya, musik membuat saya seimbang karena tidak memikirkan masalah atau menikmati kebahagiaan secara sepaneng dan serius. Berikut adalah tujuh lagu yang menjaga saya agar tetap ada di jalan yang benar selama seminggu ini:

1. Senin, 6 Juni 2011 – “Take Me Home”nya Sophie Ellis Bextor
Hari Senin selalu jadi momok buat saya. Di hari inilah semua rutinitas yang bersifat membunuh dimulai lagi. Saya benci memulai kembali setelah ada Sabtu-Minggu yang sangat refreshing. Apesnya, Senin kemarin ada 6 hal penting yang mau tidak mau harus saya kerjakan. Tidak usah disebutkan apa saja keenam hal tersebut. Yang jelas hal tersebut berhubungan dengan akademik dan membuat saya sukses tiba rumah jam 9 malam. Antisipasi sudah saya buat jadi sedari jam 4 pagi saya sengaja memasang keras-keras “Take Me Home”nya Sophie Ellis Bextor di komputer sambil mengerjakan tugas yang sudah mendekati deadline. Sehingga saat 3 jam kemudian saya mulai beraktivitas dan mulai takut, capek, serta stress, saya hanya perlu mengingat aksen British Mbak Sophie yang seksi. Mendendangkannya pelan-pelan sambil mengajar, rapat, atau menulis akan cukup membantu menyamarkan fakta bahwa hari itu Anda sebenarnya harus menuntaskan tanggung jawab Anda dengan baik.

2. Selasa, 7 Juni 2011- “On the Wing”nya OWL City
Pagi saya dimulai dengan membaca SMS bahwa tugas saya untuk membantu belajar suatu kelompok mahasiswa diliburkan karena mereka ada kerja praktek. HAHAHA!! Saya menyambutnya dengan bahagia karena masih merasa capek. Jadi setelah subuhan jam setengah enam pagi, saya teruskan tidur sampai jam 7. Lumayan. Kegiatan selanjutnya ngenet sambil cari bahan untuk satu kegiatan lainnya. Yang wajib saya lakukan saat ngenet adalah membuka Youtube. Dari satu lagu ke lagu lain, saya akhirnya menemukan “On the Wing”nya OWL City. Lagunya sebenarnya identik dengan lagu-lagu Adam Young yang lain. Hampir mirip malah. Tapi video klipnya itu lhoooo!!! Manis sekali! Saya bisa memutarnya berulang-ulang dan tertawa sendiri. Simply karena manis! Kalau jadi makanan, mungkin seenak dan selembut permen kapas. HEHEHE. Jadi praktis sepanjang hari itu, setelah mendownloadnya, lagu itu menemani saya mengerjakan pekerjaan terjemahan yang sudah dekat deadlinenya. Tentu saja sambil mengingat video klipnya yang sangat manis. Hasilnya, walaupun saya dibuat tak berkutik karena deadline, mood saya sewarna-warni permen kapas.



3. Rabu, 8 Juni 2011 – “After the Love Has Gone”nya Earth, Wind, and Fire
Mulai pukul delapan sampai hampir setengah enam sore, saya terkungkung di Pasca UNY karena ada acara. Bisa melarikan diri hanya sekitar satu setengah jam. Itu pun karena harus ke kemahasiswaan rektorat dan menukar tiket ke SC. Sempat jalan memutar lewat FISE. Sekalian refreshing. Malamnya, bersama Dede saya menyaksikan pentas kolaborasi UKM “Sang Ksatria”. Waahhh, panitianya ngajak ribut! Masa katanya acara dimulai jam tujuh tetapi pintu ke stage baru dibuka jam delapan kurang seperempat. Empat puluh lima menit menunggu dalam antrian yang tidak jelas barisannya, ditambah sempitnya ruang untuk bernapas, menimbulkan hawa panas luar biasa. Satu-satunya yang membuat saya masih bisa sabar adalah “After the Love Has Gone”nya Earth, Wind, and Fire. Cukup dengan mengingat lagu dari band bentukan Maurice White ini, saya bisa tenang. Siapa yang tidak akan adem hatinya kalau ingat performance band super duper keren ini? Dan “After the Love Has Gone” adalah salah satu lagu favorit saya sepanjang masa. Jadi, hari itu nyawa panitia penyelenggara selamat karena rasa capek saya yang terakumulasi sedari siang bisa teredam. HAHAHA!!!



4. Kamis, 9 Juni 2011 – “All I Am”nya Heatwave
Pertama kali mendengar lagu ini saat saya SD, tapi lupa kelas berapa. Itu pun bukan dinyanyikan oleh band aslinya, tetapi oleh Yana Julio. Kemarin gara-gara Dede memutar lagu ini di laptopnya pagi-pagi, saya jadi tertarik sama lagu ini dan mencari penyanyi aslinya. OK, lagu-lagu Heatwave lah kemudian yang sepanjang hari mengisi kepala saya. Saya tambah suka dengan band ini saat mendengarkan lagu mereka yang berjudul “Mind Blowing Decisions”. Satu lagi alasan yang membuat saya menyesal kenapa tidak memiliki masa remaja di era 70an. HOAHH!! Tapi, “All I Am” tetap jadi juaranya hari itu karena lagu ini memiliki aura magis dari falsettonya Johnnie Wilder yang membuat saya tenang. Rasa tenang inilah yang saya perlukan saat harus mengerjakan materi micro teaching untuk keesokan harinya dan mengoreksi hasil pekerjaan murid-murid. Dan memang sih, saat jeda berkonsentrasi, lagu ini membawa saya ke yang dulu-dulu. Yang duluuuuuuuuuuuuu sekali. Soalnya lagu ini romantis sekali. HAHAHA!!



5. Jumat, 10 Juni 2011 – “Nggak Ngerti”nya Kahitna
Acara hari kedua di Pasca UNY berakhir pukul 3.30 siang. Saya langsung menuju ke rektorat karena ada acara dengan anak-anak EDS UNY. Acaranya berlangsung sampai jam setengah tujuh malam dan saya menunggu jemputan adik saya di puskom. Selama ngenet itulah saya malah tidak sengaja chatting dengan teman lama saya di jaman SMP. Setelah ngobrol lama, dia akhirnya menawari untuk mengantarkan saya ke rumah karena kebetulan dia juga mau pulang ke Wates. Beruntung adik saya belum berangkat ke Jogja jadi saya bilang ke adik untuk batal menjemput. Setelah menemani saya membeli sepatu, dia mengajak saya makan lesehan di sekitaran Malioboro. Wong ditraktir, saya tidak menolak. Di saat itulah obrolan kami meluncur ke masa-masa yang dulu. Saat SMP dia pernah mengungkapkan perasaannya pada saya, tapi dulu saya masih polos (BWAHAHA) jadi saya malah takut dan menjauh. Sekarang sih dia sudah punya pacar. Kami ngobrol ngalor ngidul sambil tertawa ngakak. Dia yang banyak cerita karena saya tidak pintar cerita. Dan kenapa “Nggak Ngerti”nya Kahitna? Sederhana saja. Lagu inilah yang diputar di radionya penjual pecel lele lesehan saat kami ngobrol tentang yang dulu-dulu. Dan kami sepakat bahwa lagu ini bagus. Selesai makan, dia mengantar saya sampai rumah. Senang rasanya bisa nostalgia dengan teman lama sekaligus ditraktir. BWAHAHA!!



6. Sabtu, 11 Juni 2011 – “Father and Son”nya Cat Stevens
Sabtu saya jadi mellow gara-gara teman saya yang mau menikah cerita bahwa ayahnya menangis saat prosesi lamaran berlangsung. Mau tidak mau saya jadi teringat ayah saya yang tak mungkin ada saat saya besok wisuda atau pun momen-momen penting selanjutnya dalam hidup saya. Miris kalau melihat selama ini tidak ada bapak yang mengantar dan menjemput saya saat mau study tour, kemah, atau marah-marah saat saya pulang malam. Bayangan tiba-tiba atas semua itu membuat saya tidur siang sambil memeluk foto polaroid yang selama ini menjadi pajangan di meja belajar saya. Gambar saya dan bapak saat liburan ke Gua Jatijajar dulu. Waahh, pokoknya Sabtu kemarin keadaan saya sedang geje. Dan saya sengaja memutar lagunya Cat Stevens yang “Father and Son” berulang-ulang. Maunya sih agar tidak geje lagi tapi malah tambah kangen sama Bapak. Tapi tetap saja saya putar. BWAHAHAHA!! Kalau ingat saya jadi malu. Sudah dewasa tapi masih tidak bisa mengendalikan perasaan. Mungkin juga karena PMS, saat itu saya berpikir. Dan ternyata memang iya. Fluktuasi emosi yang menjengkelkan. Saya harap nantinya saya bisa lebih terampil mengendalikannya. HAHAHA!!! Mood saya kembali saat menyaksikan Chef Juna memasak hidangan Amerika Selatan.



7. Minggu, 12 Juni 2011 – “May It Be”nya Enya
Hari Minggu adalah hari untuk mengerjakan skripsi. Mau tidak mau saya harus konsentrasi sepenuhnya karena di hari lain, pikiran saya akan terkontaminasi dengan urusan yang lain. Hari Minggu ini saya habiskan dengan menggambar bagan analytical construct dan Bab III. Dan untuk melakukan semua itu, saya butuh ketenangan luar biasa. Tapi saya tidak bisa terjaga malam-malam tanpa mendengarkan lagu. Praktis “May It Be”nya Enya ini menjadi satu-satunya jalan keluar. Suaranya yang menentramkan menjadi saksi bagaimana saya membolak-balik referensi selama lebih dari 4 jam. Tapi lebih dari semuanya, buat saya, seni mengerjakan tugas adalah membuat rasa malas dan semangat untuk menciptakan kesempurnaan bertarung dengan sengit. YEAHH!!



Begitulah. Lagu-lagu tersebut selama seminggu menjadi yang paling merepresentasikan seorang Yani. Lain Minggu, lain pula lagu-lagunya. Tergantung kejadian dan mood saya kala itu. Cara kita menghandle hidup memang berbeda. Yang penting adalah menikmatinya semaksimal mungkin. Karena memang tidak akan pernah terulang apa-apa yang telah berlalu pun mempercepat yang akan datang. Jadi buat saya, susah senang itu biasa. Selama ada musik, semua akan tetap baik-baik saja. Dan hidup saya akan berada dalam track yang benar. BWAHAHAHA!!

Tidak ada komentar: