Jumat, 07 Desember 2012

CHAIN



Freud-kau-Lacan-kau
-kau-kau-kau-Lacan
-Freud-Freud-kau-kau
-kau-kau-kau . . .
Kutatap lembar per lembar
Apa yang kupelajari?
Sebuah psychoanalytic criticism theory
yang menjelma menjadi barisan gigi putihmu?
Kemudian entahlah
Aku tergelak membayangkan rona pipimu saat tertawa
Tawa yang konyol
Seperti bayi
Beralih kubaca Tolstoy
Dan aku teringat Sonja
Kemudian barisan nama
Beauvoir – Sartre
Ophelia – Hamlet
Kasturbai – Gandhi
Drupadi – Arjuna
Annelis – Minke
Aku – kau
Termasukkah kita?
Kau tahu aku benci merah muda
Suka akan aroma citrus
Setengah mati memuja Toer
Dan mencintaimu
Apa yang kutahu tentang kau, Kasih?
Selain bahwa kau selalu memandangku dalam
Mengusap lembut kepalaku
Menyanyikan kidung mesra untukku
Cukupkah pengetahuanku untuk mencintaimu?
Merintis cerita tentang bunga-bunga krisan
yang tumbuh di penghujung Mei
Menceritakan indahnya pagi bersama
Gelakku terhenti
Aku tak sanggup menjawab
Tapi dinginnya malam ini
Telah membisikkan jawabnya padaku . . .

17 OKTOBER 2009
Ini malam
Aku bergayut pada egoisnya bulir-bulir hujan
yang menggebu dan kacau
Diam melihatnya jatuh satu per satu
Pukul dua malam
Dan yang tinggal hanya hawa dingin
Kudekapkan tubuhku pada hangat kamar
Tidak berhasil
Sepertiga malam
Aku bergelut dengan Freud
Ditemani lembutnya Andrea Bocelli
Tenang dan khusyuk
Fajar merekah
Melahirkan embun
Meninggalkan hujan
Aku memutuskan melupakanmu dari cinta . . .

Tidak ada komentar: