Minggu, 23 Desember 2012

KKN Cibuk Lor II 2010





Ada beberapa orang yang tidak nyaman melakukan KKN karena satu dan lain hal. Beberapa hal yang membuat mereka tidak nyaman di antaranya adalah tempat yang terpencil sehingga akses ke mana-mana sangat terbatas, ketidaktersediaan air, tidak cocok dengan teman sekelompok, sampai masyarakat desa yang tidak kooperatif. Bagi saya, semua itu hanya mimpi buruk yang untungnya tidak menjadi kenyataan. Di awal KKN, saya sempat pesimis tidak akan bisa melampauinya dengan baik berhubung saya orang yang skeptis dan tidak bisa percaya dengan orang lain. Ternyata kenyataan berkata lain. KKN adalah salah satu momen terbaik dalam hidup saya. Tahun-tahun ke depan saya akan sarat dengan kenangan di tiap menit KKN dua tahun yang lalu.
Kelompok KKN saya tidak bernama. Kami memang sengaja tidak memberinya nama karena tidak terlintas sama sekali ide itu. Kalau pun harus diberi nama, mungkin adalah KKN UNY Cibuk Lor II 2010. Nama yang sangat resmi. Cibuk Lor adalah nama sebuah pedukuhan di daerah Seyegan, Sleman. Sedangkan II adalah hasil pembagian wilayah Cibuk Lor menjadi tiga bagian. Tiap bagian memiliki dukuh sebagai kepalanya dan anggota KKN biasanya tinggal di rumah dukuh selama masa KKN, kira-kira dua bulan.
Itu pula yang terjadi dengan kelompok kami yang anggotanya terdiri dari 10 orang. Masing-masing punya jabatan tersendiri yang saya lupa apa saja dan diisi oleh siapa saja. Mungkin karena dalam keseharian, kami tidak terlalu mempermasalahkan siapa menjadi siapa kecuali kalau memang orang itu memegang peranan yang mau tidak mau sering dimunculkan. Berdasarkan fakta tersebut, kami punya seorang ketua bernama Riska dan bendahara bernama Rina. Delapan anggota lain jabatannya tak jelas sama sekali. Kami tak pernah memanggil Riska dan Rina dengan nama asli mereka. Mereka lebih terkenal dengan panggilan Nyonya untuk Riska dan Tante untuk Rina. Begitulah. Mereka adalah dua orang yang jabatannya paling saya ingat karena Nyonya adalah ketua dan dia memiliki tanggung jawab untuk melapor saat DPL datang memeriksa matriks kegiatan dan Tante adalah anggota yang bertugas untuk mengumpulkan iuran bulanan demi membayar listrik, air, makan, dan program kerja KKN.
Kehidupan selama dua bulan bersama tentu tidak bisa dibilang dilalui dengan mulus-mulus saja. Ada kalanya kami cekcok karena hal yang sepele. Contohnya adalah saat menentukan siapa yang akan ikut upacara di lapangan pedukuhan atau mewakili kelompok rapat di balai desa. Hal-hal seperti itu justru malah membuat kami dekat karena secara tidak langsung kami menjadi tahu sifat dan karakter masing-masing sehingga tahu bagaimana harus bersikap saat salah satu di antara kami marah sekaligus bagaimana cara agar tidak membuat marah. Toleransi macam itu tidak bisa dicapai dalam waktu yang singkat. Pelajaran toleransi itu pastinya melatih kami banyak hal tentang bagaimana bersikap dengan orang lain di kemudian hari.
Dua bulan tinggal bersama bukan waktu yang singkat. Tanggal 1 Juli kami tiba di rumah Bu Dukuh kami yang bernama Bu Sugini untuk bersih-bersih dan mengangkut barang-barang kebutuhan selama kami tinggal di sana setelah mengikuti upacara penyerahan dari UNY ke desa yang diadakan di balai desa. Kami menghabiskan sebagian besar siang hari itu untuk bersih-besih dan mengangkut barang. Sore hari kami baru pulang ke rumah masing-masing. Kami resmi menginap tanggal 2 Juli 2010. Yang kami lakukan di hari pertama menetap adalah tidur-tiduran di kamar anggota putra sambil ngomong ngalor ngidul dan mendengarkan musik dari laptop. Kemudian kami merasa ada yang kurang. Kamar tersebut minus televisi yang kemudian membuat Dika setuju untuk membawa televisinya ke rumah Bu Dukuh setelah kami patungan membeli antena baru. Sejak saat itu, kamar anggota putra resmi menjadi base camp kami. Yang dimaksud base camp adalah mulai dari tempat makan, nonton TV, rapat, sampai glesotan tak jelas.
        Tidak selamanya selama dua bulan itu kami tinggal di sana. Sering kami pergi ke kampus atau hanya sekedar pulang ke rumah menengok keluarga atau kost di akhir pekan. Jadwal pulang tentu saja diatur dan tidak bisa seenaknya meninggalkan pos tanpa izin maupun mengabari anggota yang lain. Awalnya terasa sangat berat karena kehidupan kami hanya masalah bangun pagi, sarapan, mengerjakan program, nonton televisi sambil tidur-tiduran, makan siang, tidur-tiduran, jalan-jalan, makan malam, dan nonton televisi sambil menunggu ngantuk. Monoton sekali. Tapi kami belajar untuk menyesuaikan diri karena pada akhirnya kami harus bertahan hidup seperti itu selama 2 bulan ke depan. Dan ternyata kami berhasil. Setelah dijalani, ternyata kegiatannya tidak semonoton itu. Selalu ada hal baru. Sejujurnya, saya bangga dengan teman-teman KKN saya karena mereka bisa melampaui dua bulan kebersamaan dengan sangat baik.
       Untuk mengenang masa-masa kebersamaan kami yang sangat menyenangkan, saya akan menggali kenangan tentang mereka dalam profil berikut ini. Saya berhutang kepada sembilan orang ini karena telah memberi warna yang sangat beragam pada salah satu fase kehidupan saya.
  1. Riska Frihantining Hidayati
Kalau ditanya siapa anggota yang paling galak, mungkin Nyonya, begitu kami memanggilnya, akan dapat kehormatan untuk menyandang predikat ini. Hobinya tentu saja misuh-misuh pada sesuatu yang menurutnya tidak pada tempatnya. Tapi dia juga adalah koordinator terbaik di kelompok kami. Dia selalu hadir setiap kami menemukan kesulitan dan tentu saja rapat tak akan berjalan lancar tanpa pisuhannya. Nyonya menyukai anime, manga, dan segala hal berbau Jepang. Saya pertama kali tahu film Chibi Maruko Chan versi non manga dari dia. Dalam tiap pertemuan, Nyonya selalu datang tepat waktu dan dia juga bertanggung jawab terhadap tiap tugas yang diembankan padanya. Saya percaya bahwa matriks kami tak akan pernah jadi tanpa komandonya. Dia adalah umpan terbaik yang bisa kami berikan saat Pak Margono, DPL kami, meninjau lokasi.  Kala pulang menengok rumah, Nyonya tak pernah lupa membawa kripik balado yang jadi favorit kami semua saat kembali. Nyonya saat ini mengambil akta 4 jadi dia masih kuliah untuk mendapat sertifikasi guru di bidang kimia.


  1. Setiyo Utami Ningrum
Yang paling saya ingat dari Temi, panggilan kami untuknya, adalah saya sering berhutang pulsa padanya. Dia penjual pulsa yang tak pernah sering menagih hutang tapi tahu-tahu hutang sudah menumpuk. Temi berpacaran dengan salah satu anggota KKN Cibuk Lor I yang saya lupa namanya (maaf Temi!). Sampai sekarang mereka masih langgeng dan semoga kami mendapatkan undangan pernikahannya segera. Saat hari pertama bersih-bersih di rumah Bu Dukuh sebelum kami tinggali, Temi mengajak saya mampir ke rumahnya di daerah Kaliurang untuk mengambil barang-barang. Dia punya kebun salak dan saya sempat makan di kebunnya. Seingat saya, Temi adalah orang yang sangat moody jadi kalau mengajak bercanda harus melihat situasi dan kondisi karena bisa-bisa nantinya gagal berhutang pulsa. Selebihnya, dia sangat rajin dan sangat perasa jadi mudah terharu. Saat sesi curhat, dia sering menangis.



  1. Rina Nur Ayu Ningrum
Tante Rina mungkin adalah salah satu chef terbaik yang pernah saya kenal dalam hidup. Dia bisa masak roti, kue, dan western food dengan sempurna. Bahkan saat ini dia punya sebuah kedai di Food Court UNY yang paling laris dibandingkan kedai yang lain. Waktu KKN, Tante sering pergi kalau malam Minggu berhubung dia punya pacar. Dan tiap malam, sebelum tidur, dia selalu telepon-teleponan dengan Mas Ndaru, pacarnya. Berhubung saya tidur sebelahan dengan Tante, saya pura-pura sudah tidur padahal saya susah tidur gara-gara pembicaraan mereka. Jadi tiap malam, obrolan Tante dan Mas Ndaru adalah lullaby saya. Tante adalah anggota paling girly di kelompok kami. Dia suka semua hal yang bernuansa pink dan hampir semua barang-barangnya berwarna pink. Kami berhutang budi banyak pada Tante karena dia rela meminjamkan mobil papanya untuk membawa barang-barang kami ke pos KKN juga LCD kantor mamanya yang sangat berguna di banyak kegiatan kami. Tante tak pernah marah dan sering sekali menanggapi obrolan dengan frasa, “Ho’o tah?’. Hal itu jadi bahan ejekan kami sampai sekarang.


  1. Respati Nurul Hidayati
Selain Temi, Nurul juga bandar pulsa yang sering kami hutangi. Dia adalah anggota yang paling rajin karena selalu mengerjakan segalanya dengan serius. Kerja terhebatnya adalah ketika mendata semua penduduk Cibuk Lor II yang membuatnya harus berkeliling seluruh desa dan menempelkan stiker tanda sudah didata di rumah-rumah penduduk tersebut. Tanpa kerja kerasnya untuk mengunjungi rumah-rumah penduduk, kami tak akan pernah tahu warga A rumahnya di mana, atau Bapak B ikut RT berapa. Pekerjaannya memudahkan kami untuk kemudian mengirim undangan setiap ada proker. Nurul rajin bangun pagi dan selalu membantu menyapu dan mengepel rumah Bu Dukuh dan Mas Agus (anak Bu Dukuh). Saat ini Nurul sudah bekerja entah di Jakarta atau Bekasi. Tapi komunikasi antara kami masih terjalin dengan sangat baik.


  1. Edwin Wahyuni
Mungkin Edwin adalah anggota kelompok kami yang sering mendapat ejekan justru karena dia terlalu tahu banyak hal. Pengetahuannya pada hal-hal remeh temeh kami anggap di luar kewajaran. Pernah suatu saat kami sedang membuat rencana belanja kebutuhan perbaikan meja pingpong. Saat kami bingung mengira-ngira harga amplas, paku, dan tetek bengek yang lain, Wiwin dengan entengnya menyebutkan harga barang-barang tersebut satu per satu dan setelah kami ke toko material, bedanya sangat tipis. Ia juga tahu nama kodim di daerah Sleman. Saat Wiwin pulang ke rumah di akhir pekan, ia sering membawakan kami sambel goreng ati pedas buatan ibunya yang langsung ludes dimakan kami kalau tidak diamankan. Saat ini Wiwin sudah menikah dan jadi ibu rumah tangga yang sangat baik. Saat kami datang ke rumah Wiwin di hari pernikahannya, kami tak pernah menyangka kalau kami datang ke acara resepsi pernikahan karena Wiwin hanya mengundang kami untuk mampir ke rumahnya karena dia ulang tahun tanpa mengatakan kalau dia menikah di hari itu. Saat itu, untung tidak ada dari kami yang memakai celana pendek. 


  1. Windra
Kokoh mungkin adalah anggota yang paling bijaksana di kelompok kami karena memang dia paling tua di antara kami semua. Kami menganggap dia sebagai kakak seperguruan yang paling santun. Kokoh tak pernah marah dan kalau tertawa tak pernah ngakak. Dia juga rajin ke gereja dan merupakan jemaat gereja yang sangat aktif. Kami yang tingkat relijiusitasnya masih pas-pasan kadang minder melihat betapa seriusnya dia melayani gereja dan umatnya. Dua sifat aneh yang ditemukan pada Kokoh adalah walaupun dia sangat santun, narsisnya tetap nomor wahid dan dia tak akan pernah membiarkan dirinya menghadiri acara tanpa menata rambutnya terlebih dahulu. Dia selalu keluar dengan rambut yang rapi jali. Walaupun rambut itu akan rusak saat dia mengenakan helm, dia tak peduli. Dalam setiap rapat, kalau kami sedang ada adu pendapat, Kokoh akan pelan-pelan menggiring ke area diskusi yang aman. Dia juga tidak segan membantu anggota-anggota putri untuk mencuci gelas dan piring setelah acara selesai. Sekarang Kokoh sudah kembali ke Palangkaraya. Dia sudah menjadi guru yang mengajar di salah satu sekolah di daerah pelosok di Kalimantan Tengah. Semoga Kokoh selalu sukses dan kita bisa bertemu lagi.



  1. Yandika Fefrian Rosmi
Sebagai anak FIK, kesan kami pertama kali pada Dika tentu saja sangat berwibawa dan bisa dijadikan pemimpin. Makin hari, kami makin menyadari kalau dia lebih baik dijadikan anggota saja. Dika merupakan sosok yang lucu karena sifat sok-sokannya. Kalau kami berkumpul, dia pasti tidak pernah absen menyumbang satu lawakan. Stok lawakannya lumayan banyak. Dari semua anggota kelompok kami, dialah satu-satunya yang dipercaya mengajar di SD Cibuk. Jadi setiap pagi, dia sudah mandi dan pasang tampang di depan spion motor untuk kemudian melenggang ke SD dan mengajar mapel olahraga. Dalam hubungan dengan remaja desa, Dika adalah wakil kami yang selalu bisa diandalkan manakala kami merasa ada masalah dengan karang taruna desa. Jadi jangan heran kalau dia selalu menjadi jubir di setiap program kerja kami. Saat ini Dika sedang menempuh S2 di UNY. Cita-citanya menjadi dosen yang kemudian diangkat jadi menteri pendidikan.


  1. Bibid Bagasworo
Tidak berbeda dengan Kokoh, Bibid juga sangat relijius. Saat adzan subuh di bulan Ramadhan, ketika yang lain masih bersantai nonton TV atau kembali tidur, Bibid sudah bersiap berangkat ke masjid dengan sarung dan baju koko. Salah satu proker kami adalah TPA di masjid dan Bibid merupakan anggota putra yang paling rajin berangkat. Setiap ada rapat di kecamatan, kami selalu menjadikan Bibid sebagai umpan untuk datang karena kami sangat malas berangkat ke kecamatan dan ia menerimanya dengan lapang dada. Bibid adalah anggota yang paling akrab dengan cucu Bu Dukuh yang bernama Rafa. Kesabarannya dengan anak kecil lagi-lagi membuat dia selalu jadi umpan tiap kali Rafa merajuk minta main dengan kami. Di kelompok kami, Bibid juga dikenal sering membuat lelucon dan sangat kompak kalau diajak menggoda anggota kelompok yang lain. Saat ini dia sudah berkantor di salah satu perusahaan kendaraan besar di Jogja.


  1. Aan Diang Frastika Aji
Walaupun sangat malas mandi, tanpa Aan, saya yakin sebagian besar program kami tidak berjalan dengan mulus. Aan adalah satu-satunya lelaki di kelompok kami yang tahu dengan baik dan benar bagaimana caranya mengecat, mengamplas, memaku, mencangkul, dan beribu macam pekerjaan lainnya. Dulu, saat awal-awal kami berkumpul untuk membahas proker sebelum menjalani KKN, ia tak pernah datang. Kami sempat putus asa karena memiliki calon anggota yang tidak bertanggung jawab. Ternyata anggapan itu tidak terbukti. Kami berhutang budi sangat besar padanya untuk kesuksesan program kami. Aan juga dikenal sangat mellow padahal penampilan fisiknya sungguh gahar. Jangan kaget kalau sebagian besar koleksi lagunya adalah Westlife dan lagu-lagu setipe.  Di kelompok kami, ia adalah anggota yang makan paling banyak. Saat ini ia masih berjuang menyelesaikan skripsinya. Kami selalu memberi semangat padanya 100%.


Kami berpisah sebelum merayakan Lebaran. Saat itu semua proker sudah kami laksanakan dan ujian sudah dilampaui. Perpisahan dengan warga sudah kami selenggarakan di malam harinya. Yang saya ingat hari itu adalah kami seperti sengaja menyibukkan diri berkemas-kemas dan mengingkari kenyataan bahwa KKN selama dua bulan sudah berakhir. Sebenarnya sebelum berkemas-kemas itu sebagian besar dari kami sudah sering pulang karena proker sudah selesai, namun tetap saja perasaan sedih yang disembunyikan itu ada dia antara kegiatan menggulung kasur, mengepak kertas-kertas di kardus untuk diloakkan, dan memilah-milah pecah belah di dapur saat hari terakhir kami menetap di rumah Bu Dukuh. Ketika tiba saatnya kami duduk di teras dan menunggu mobil Tante Rina menjemput dan mengantar kami mengantar barang-barang, percakapan bergulir. Saat itu, sebagian besar dialog kami adalah pertanyaan tentang bagaimana keadaan desa setelah kami tinggalkan. Kami menebak-nebak apa yang akan terjadi dengan bekas kamar kami nantinya. Waktu itu tidak ada dari kami yang menangis tapi saya percaya ketika mereka terbangun keesokan harinya, ada suasana berbeda yang membuat mereka rindu akan aroma pagi di Cibuk.



Wates, December 24th 2012
00:20 am

11 komentar:

riskafh mengatakan...

koreksi..dudu akta 4 tp Program Gelar Tambahan aka Double Degree aka S1 yang kedua :D

kok gak ono, AAN adalah partner in crime saya..wakakakaka

Mank tau ribut tentang upacara bendera??gak ngeri aku...hahahahah

Soal matriks, kita harus berterima kasih pada WIWIN, karena tanpanya matriks gak akan bisa diprint dan beliau lah yg bekerja keras untuk itu :D






Dan kami, alhamdulillah masih kompak hingga 2 tahun kemudian :D

Sri Sumaryani mengatakan...

Yoi kuwi wis pokoke double degree yang keduaaaaaaaa!
Tahu yoooo pas arep upacara rombongan karo kelompok KKN liya nang lapangan kecamatan.
Oh iyo, Wiwin ngerock pokoke!

aan diang mengatakan...

huasyeeeeem aku mandi yow, nek kringeten tok hahah apik

Sri Sumaryani mengatakan...

Ngapusiiiiiiiii!!

aan diang mengatakan...

hahaha foto terbaikku kwi po?upload yang laen hahaha

ningsih mengatakan...

pacarnya mbak Temi namanya Tito bukan?

Sri Sumaryani mengatakan...

Eeeeehh, iya. Tito! HEHEHE. Kok tahu?

ningsih mengatakan...

tito itu masi sodara sama aku,sering kq crita ttg mb temi,jd'ne aku pnasaran,hehehe

ningsih mengatakan...

smp skrg mb.temi msh sma tito kan ya?

Unknown mengatakan...

kok ra dinei foto-fotone bocah cibok

Bibid mengatakan...

matur nuwun Yaniiii,,, sudah bikin tulisan ini,,, bikin aku ngakak,,,wkwkwkwk,,,sekaligus kangen...eh apa kabar kalian hari ini?

aku sekarang di dinbud malah sering kerja sama sama mas Agus yang notabene kerja di Museum Benteng Vredeburg...

Makasih Sekali lagi mbak Yaniii, karena tulisanmu, pencarian namaku di google... trus muncul diriku dengan tepat,,,,wkwkwkwk

You all is part of my life that never forget
^_^